Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SEBAGAI pengguna sarana transportasi publik seperti bus dan kereta rel listrik (KRL) commuterline, saya setiap harinya harus melalui waktu berjam-jam hanya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ditambah kemacetan, kini masyarakat dituntut serbacepat.
Sarana transportasi umum pun dituntut semakin berbenah untuk bisa melayani kebutuhan penumpang.
Tak hanya soal ketepatan waktu dan kenyamanan moda transportasi itu sendiri, tetapi pengguna juga memiliki kebutuhan lainnya dalam bertransportasi menggunakan transportasi umum.
Semisal sarana toilet umum.
Saat ini, moda KRL boleh dibilang memiliki fasilitas ini di tiap stasiun.
Namun, keberadaannya dan kondisinya masih kurang diperhatikan, terutama di stasiun-stasiun yang jarang digunakan pengguna atau tidak ramai.
Toilet di stasiun-stasiun seperti ini umumnya letaknya terpojokkan, kecil, sempit, dan kurang terurus.
Tak jarang bau tak sedap seolah kebersihannya tidak diperhatikan.
Tak hanya itu, di stasiun-stasiun besar yang ramai pun fasilitas toilet masih dirasa kurang seperti di Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Manggarai.
Hendaknya fasilitas toilet di dua stasiun besar itu ditambah dan diperluas mengingat lahan yang masih memadai.
Terkadang terkena penundaan pemberangkatan yang diakibatkan antrean kereta atau gangguan, toilet akan menjadi penuh.
Hal itu terjadi di Stasiun Tanah Abang yang fasilitas toiletnya hanya di lantai dua bangunan lama, sedangkan sebagian besar pengguna ada di lantai satu peron.
Saya pikir perlu dibangun toilet tambahan di peron atau bangunan baru yang merupakan perluasan di Jalan Jati Baru.
Padahal, PT KAI selaku pihak yang berwenang membangun sarana ini terus berupaya berbenah membangun stasiun dengan tampilan mewah.
Namun, hal itu kurang dibarengi dengan fasilitas umum yang layak, nyaman, dan bersih.
Tak hanya soal toilet, tidak semua stasiun juga memiliki ruang laktasi dan tempat ibadah yang memadai.
Hal ini tentunya menyulitkan bagi penumpang yang berstatus ibu menyusui untuk dapat melakukan aktivitasnya memerah ASI.
Fasilitas ruang laktasi yang ada pun saat ini baru ada di beberapa stasiun besar dan hanya berupa bilik sempit.
Kapan KAI bisa berbenah dengan memerhatikan secara total fasilitas-fasilitas pelengkap ini?
Apalagi jika ingin terus memacu pertumbuhan penumpang untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi.
Saya pikir KAI tidak boleh mengenyampingkan fasilitas pelengkap ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved