Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Manila-Jakarta Seirama soal Macet

Satria Sakti Utama Wartawan Media Indonesia
21/11/2016 03:30
Manila-Jakarta Seirama soal Macet
(MI/Susanto)

JIKA Anda lazim menghabiskan aktivitas di Jakarta, masalah kemacetan akan menjadi keluhan biasa.

Menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berpindah tempat pun sudah dikatakan makanan sehari-hari.

Namun, problematika kota metropolitan tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di kota lain di Asia Tenggara.

Salah satunya, ibu kota Filipina, Manila.

Kemacetan di Manila bisa dikatakan tidak kalah parah dari Jakarta pada hari-hari kerja, yakni dari Senin-Jumat.

Namun, khusus pada Jumat, Anda akan merasakan resahnya menanti kerumunan kendaraan terurai.

Kemacetan terjadi hingga larut malam, bahkan hingga dini hari.

Untuk menempuh jarak 19 km dari Bandara Internasional Ninoy Aquino hingga Quezon City, Anda dapat menghabiskan waktu 4 jam di jalan dengan menggunakan kendaraan roda empat.

Jarak ini seperti Anda melakukan perjalanan dari Monumen Nasional (Monas) hingga daerah Lebak Bulus jika di Jakarta.

Kalau Anda menggunakan taksi di kala macet dengan jarak perjalanan yang sama, siapkan uang 1.500 peso atau senilai Rp376 ribu di kantong.

"Macet tahun-tahun terakhir ini saja sebenarnya karena harga mobil murah. Banyak orang milih punya mobil walaupun bahan bakarnya mahal," jelas WNI yang menetap di Manila, Kristina.

Kemacetan di Manila sejatinya dapat menjadi pelajaran bagi Jakarta.

Apabila ditilik dari kuantitasnya, transportasi umum di Manila sudah cukup memadai.

Masyarakat diberi kemudahan oleh banyaknya opsi transportasi.

Bahkan, Manila sudah memiliki metro rail transit (MRT) yang notabene di Jakarta sedang dikembangkan.

Namun, nyatanya kehadiran MRT dan transportasi lain juga tidak mampu menyelesaikan masalah kemacetan.

Usut punya usut, murahnya kendaraan roda empat menjadi salah satu penyebabnya.

Harga untuk mobil bertipe kota di Manila dapat didapatkan dengan banderol 592 ribu peso atau kisaran Rp159 juta, sedangkan mobil dengan merek serupa di Indonesia Rp70 juta lebih mahal.

Sementara itu, kenyamanan di transportasi umum di Manila juga memiliki masalah klasik layaknya di Indonesia, khususnya dalam aspek keamanan.

Masyarakat di Manila wajib memperhatikan barang bawaan jika tidak ingin kehilangan barang bawaan.

"Sebenarnya moda transportasi di Manila lebih baik ketimbang Jakarta, tapi saya pernah kehilangan barang karena kecopetan," cerita salah seorang warga negara Indonesia (WNI), Gerson Situmorang. (R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya