Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Jadi Raja di Tanah Inggris

04/5/2016 02:24
Jadi Raja di Tanah Inggris
(AP)

BAK kisah dongeng yang menjadi kenyataan, itulah kisah perjuangan Leicester City yang merangkak dari bawah hingga menjadi kampiun di Liga Primer Inggris musim ini. Tim papan bawah yang semula hanya bisa memimpikan posisi puncak kompetisi kasta tertinggi Inggris tersebut kini bisa menggenggam trofi bergengsi.

Capaian tersebut tidaklah diperoleh secara instan. The Foxes hampir terhempas dari zona relegasi tahun lalu dengan hanya terpaut satu poin. Kehadiran Claudio Ranieri di pertengahan kompetisi pun bak malaikat penyelamat bagi skuat ‘si Rubah’.

Kepekaan Ranieri yang meracik bakat anak-anak asuhnya, Jamie Vardy dan Riyad Mahrez, terbukti ampuh membuat the Foxes menjadi raja di jajaran tim papan atas Inggris. Ranieri tidak membutuhkan bintang di Leicester, karena dia meramu skuatnya untuk menjadi sebuah tim. Ibaratnya, jangan mencari bintang di Leicester, karena yang ada ialah sebuah tim.

Ya, bisa dibilang Ranieri yang biasa dijuluki the Thinkerman, ialah dalang di balik semua pencapaian prestasi the Foxes. Tanpa keraguan, pria berusia 64 tahun tersebut mencoba menjajaki satu demi satu pertandingan untuk meraih gelar yang tidak pernah ia capai selama 30 tahun terakhir.

“Mamma mia, sekarang ini semua menjadi kenyataan. Saya selalu tahu, saya akan memenangi gelar (Liga Primer),” ujar Ranieri.
Ranieri ialah pelatih andal dan cekatan. Selain the Foxes, pria yang memulai karier sebagai pelatih sejak 1978 itu tercatat pernah memimpin tim-tim papan atas lainnya, seperti Atletico Madrid, Valencia, Napoli, Roma, Inter Milan, Juventus, dan Chelsea.

Ranieri bahkan pernah memimpin Chelsea hingga finis di posisi runner-up pada 2003 dan mencapai semifinal Liga Champions di musim yang sama. Sayangnya, pemilik baru Chelsea, Roman Abramovich, yang hadir pada Mei 2004, mendepak Ranieri dari posisi pelatih kepala.
“Saya pernah menang dan beberapa kali kalah. Tapi, di mana pun saya berada, Saya selalu mencapai lebih dari target yang sudah saya tentukan,” ujar Ranieri.

Keberhasilan Ranieri memimpin the Foxes membuatnya layak terpilih sebagai pelatih terbaik Liga Primer musim ini mendampingi anak asuhnya, Vardy, yang meraih gelar pemain terbaik. Pria berkebangsaan Italia itu pun semakin populer di kalangan fans dan media-media internasional.

Warga Kota Leicester pastilah akan memujanya. Bahkan, media Italia kini menjulukinya sebagai ‘Raja di tanah Inggris’. (AFP/Nurul Fadillah)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya