Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Belgia tidak akan Berhenti Bermimpi

Agus Triwibowo Laporan dari Rusia
16/7/2018 00:15
Belgia tidak akan Berhenti Bermimpi
(AFP PHOTO / Giuseppe CACACE)

KESUKSESAN merebut peringkat ketiga di Piala Dunia 2018 meninggalkan warisan yang kuat bagi sepak bola Belgia. Diungkapkan arsitek Belgia, Roberto Martinez, meski gagal menjadi kampiun, para pemainnya telah menetapkan tonggak yang nyata.

"Tentu kami ingin juara. Ketika Anda mengalahkan Brasil dan masuk ke semifinal, fokus Anda harus mencoba untuk memenangi Piala Dunia. Namun, kami juga harus realistis melihat turnamen. Saya pikir para pemain telah membuat sejarah kembali di Belgia dan itu yang terpenting," tegas arsitek asal Spanyol itu seusai mengalahkan Inggris 2-0 di Saint Petersburg Stadium, Sabtu (14/7) malam.

Dia mencatat, timnya telah selangkah lebih maju ketimbang skuat Belgia di Piala Dunia 1986, yang kalah dalam pertandingan play-off dan berakhir di urutan keempat.

"Ini perjalanan yang sukses, tetapi dalam sepak bola Anda perlu melihat ke depan dan meningkatkan peluang berikutnya. Ini memberikan inspirasi bagi siapa pun di dunia. Jika Kroasia memenangi Piala Dunia, Anda harus bisa berjuang untuk meraih impian Anda," tegasnya.

"Saya pribadi bangga bisa merebut posisi ketiga. Kami sudah menderita dalam tiga hari terakhir ini seusai dikalahkan Prancis. Ini kali pertama dalam sejarah sepak bola Belgia merebut posisi ketiga. Kami sudah memanangi enam dari tujuh pertandingan. Itu juga berkat dukungan para fan. Jadi, ini kado buat mereka," cetus bek Belgia, Vincent Kompany.

Bukan ilusi
Arsitek Inggris Gareth Southgate mengatakan mereka kini memiliki modal untuk tidak berilusi mengenai posisi mereka di dunia setelah berada di posisi empat besar Piala Dunia 2018. "Kami sangat bangga dengan apa yang telah kami lakukan, tetapi kami tidak berilusi sebagai tim di mana kami berdiri," kata Southgate.

"Kami berada di empat besar, tetapi bukan berarti kami masuk sebagai  empat tim terbaik dunia saat ini. Kami tidak bisa bersembunyi dari itu semua. Melawan tim terbaik, kami masih belum mampu mengalahkan mereka.”

Sepanjang penampilan di Rusia, Inggris kalah tiga kali dari tujuh laga. Kekalahan 1-2 di semifinal dari Kroasia memupus harapan tampil di final pertama setelah 52 tahun. Namun, the Three Lions sudah mampu menang atas dua tim yang berada di 20 besar dunia selama ditukangi Southgate. Mereka mengalahkan Kolombia dengan adu penalti di babak 16 besar serta  mengatasi Belanda yang tampil biasa-biasa saja dalam pertandingan persahabatan.

Bagi Southgate, timnya memiliki peluang untuk lebih berprestasi karena ada ruang untuk berkembang dan lebih baik lagi. Pertandingan Inggris berikutnya ialah melawan Spanyol pada September dalam pertandingan pembukaan Liga Nasional bentukan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Kompetisi itu diperkenalkan untuk lebih mengefektifkan laga  persahabatan internasional.

"Kami sekarang memiliki beberapa pertandingan besar di musim gugur, bermain menghadapi tim tangguh, seperti Spanyol, Swiss, dan Kroasia. Itu  peluang bagi kami untuk berkembang. Kami harus terus mencoba untuk berevolusi."

Keberhasilan skuat muda Southgate di Rusia telah disambut dengan dukungan besar warga Inggris. Dukungan penuh diberikan setelah raihan prestasi terbaik skuat ‘Tiga Singa’ sejak lolos ke semifinal di Piala Eropa 1996.

Namun, pelatih berusia 47 tahun itu mengakui perlunya tetap menginjak tanah karena Inggris mulai mengalihkan perhatian mereka ke ajang Piala Eropa 2020. Apalagi, laga semifinal dan final akan dimainkan di Stadion Wembley, London.

"Saya pikir kami sangat realistis tentang level kami. Kami memiliki banyak pujian, tetapi juga diimbangi dengan banyak realitas juga. Kami sama sekali tidak menipu diri sendiri. Kami tahu persis area yang kami harapkan untuk menjadi lebih baik dan kami sangat menikmati bekerja dengan tim ini.

Kami bukan klub sepak bola, yang memiliki buku cek dan bisa membeli pemain baru. Kami harus melatih dan mengembangkan mereka,” tegas Southgate yang menggantikan Sam Allardyce secara permanen pada November 2016.
Di tangannya skuat muda Inggris mulai diperhitungkan. Ia juga mengubah persepsi setelah Inggris menjadi olok-olok akibat dipermalukan Islandia pada Piala Eropa dua tahun lalu. (R-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya