Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Duel Kecepatan Versus Kecakapan

Agus Triwibowo Laporan dari Rusia
15/7/2018 06:00
Duel Kecepatan Versus Kecakapan
()

SEJAK kemarin, hanya dua warna yang terlihat menyolok di Moskow, Rusia: merah dan biru. Merah ialah pendukung Kroasia dan biru ialah suporter Prancis, dua negara yang bakal bertarung di laga puncak Piala Dunia Rusia 2018.

Duel final memang baru akan dilangsungkan hari ini pukul 18.00 waktu Moskow atau 22.00 WIB di Stadion Luzhniki, Moskow. Namun, sejak Sabtu (14/7), bahkan Jumat (13/7) pendukung kedua tim sudah mulai meramaikan Moskow, terutama di sekitar Lapangan Merah.

Pendukung Kroasia terlihat lebih menonjol dengan kostum kotak-kotak merah dan putih. Mereka membentangkan bendera kebanggaan, bernyanyi dan menari di tengah kerumunan pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan Katedral Santo Basil, sedangkan pendukung Prancis lebih tenang. Dengan kostum biru kebanggaan, mereka hanya duduk-duduk di deretan restoran di teras pusat perbelanjaan GUM, tepat di sebelah Lapangan Merah.

Hingga kemarin, tiket final sudah ludes terjual. Itu berarti kapasitas 80 ribu tempat duduk di stadion yang mirip Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, itu akan terisi penuh. Mereka, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic yang sudah mengonfirmasi bakal hadir, akan menjadi saksi keseruan pertandingan yang merupakan ulangan semifinal Piala Dunia 1998 itu.

Sengit di tengah

Klimaks laga malam nanti bakal menyajikan pertarungan skuat muda Prancis dengan motor Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann melawan pasukan Kroasia yang sangat termotivasi menjadi juara baru tahun ini. Kecepatan yang dimiliki Mbappe di kubu les Bleus beradu dengan kecakapan mengatur dan mengalirkan bola pada diri Luka Modric, dirigen permainan skuat Vatreni, sebutan timnas Kroasia.

Bagi Prancis, menjadi pemenang di laga final bakal membuat mereka mengulang kejayaan 20 tahun lalu ketika memenangi piala dunia di rumah sendiri. "Final piala dunia ini seperti mimpi masa kecil yang jadi kenyataan," kata gelandang Blaise Matuidi. "Kami sangat dekat dengan trofi dan ingin menyentuhnya."

Matuidi bersama Paul Pogba dan N'Golo Kante sebagai 'penjaga' lapangan tengah Prancis bakal bekerja keras meredam agresivitas duo gelandang serang Kroasia, Modric dan Ivan Rakitic.

Dalam duel puncak itu, pelatih Prancis Didier Deschamps sangat mungkin tetap mengandalkan permainan dengan menumpukan pertahanan ketat dipadu dengan serangan balik berkecepatan penuh. Strategi itu banyak menuai kritik, tapi kapten Hugo Lloris meyakini Deschamps melakukan pilihan dengan tepat untuk mengalahkan Kroasia.

Di kubu Kroasia, negara berpenduduk tidak lebih dari 5 juta jiwa itu bertekad tidak ingin terhenti di final. "Ini kesempatan terbaik dalam hidup kami. Kami bakal menemukan kekuatan dan motivasi untuk memenangi pertandingan final ini," jelas pelatih Vatreni, Zlatko Dalic.

Masa pemulihan yang lebih pendek serta jumlah menit bertanding lebih banyak membuat kubu Kroasia dianggap habis stamina. Akan tetapi, saat menjungkalkan Inggris melalui perpanjangan waktu, Kroasia menunjukkan tidak pernah lelah memenangi setiap laga.

"Saya punya keyakinan ada puluhan juta warga dunia berada di belakang kami," tegas Rakitic yang menjadi jangkar pergerakan Modric. Keduanya dibantu sayap Ivan Perisic dan Ante Rebic akan menyuplai striker Mario Mandzukic. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya