Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DI balik kesuksesan Kroasia yang mampu menembus babak semifinal Piala Dunia 2018, banyak cerita yang disimpan. Tak sedikit dari cerita itu bermuara pada hal positif, tapi tidak jarang pula yang menyisakan cerita yang sulit dipahami.
Belakangan Luka Modric dan kawan-kawan dielu-elukan seluruh penjuru negara Kroasia yang didiami 4 juta penduduk. Mereka melawan Inggris untuk berjuang mencatatkan pencapaian baru di ajang Piala Dunia, melebihi pencapaian dua dekade lalu saat mengunci peringkat ketiga di Prancis.
Rasa bangga membuat publik Kroasia bersatu kembali mendukung tim yang dijuluki Vatreni ini. Hal serupa mungkin tak ditemukan satu bulan yang lalu. Di setiap sudut kota, tidak jarang ditemui respons pesimistis para pendukung ketika itu. Sampai-sampai kutukan dilontarkan warga.
'Setiap kekalahan Anda membuat kami begitu bahagia, berharap Anda mendapatkan yang terburuk', tulis sebuah poster di sebuah jembatan ketika Kroasia kalah dalam uji coba, Juni silam.
Kritik membanjir sebagai bentuk kebosanan pecinta sepak bola di Kroasia yang tak lagi menyaksikan prestasi pasca-Piala Dunia 1998 di Prancis. Di empat edisi Piala Dunia setelahnya, mereka selalu berakhir nestapa.
Kondisi tersebut diperparah buruknya manajemen Fede-rasi Sepak bola Kroasia (HNS) yang menyebabkan perpecah-an penggemar. HNS pun sering dihukum FIFA atau UEFA karena anarkisme pendukung seperti melempar kembang api atau meneriakkan kata-kata kasar.
Baru-baru ini dua bintang Kroasia, Luka Modric dan Dejan Lovren, menjadi sasaran kritik karena kedekatan dengan mantan pemilik Dinamo Zagreb, Zdravko Mamic. Mamic terjerat kasus korupsi jutaan euro dan telah dijatuhi hukuman penjara 6,5 tahun.
Kedua nama itu bahkan harus terseret ke meja hijau sehubungan mahar jual-beli mereka dari Zagreb. Modric juga tak bersaksi optimal karena tampak kebingungan dan beberapa kali lupa, yang menyebabkan publik marah. Gelandang milik Real Madrid ini dituduh mencoba meri-ngankan hukuman Mamic.
Kepercayaan hilang
Bahkan, Modric lantas turut didakwa karena memberikan keterangan palsu. Lovren juga diselidiki dalam relevansi yang sama. Akan tetapi, kecemerlangan Modric seperti menutupi seluruh dosanya.
Tak hanya sampai di situ, kepemimpinan bintang Kroasia di Piala Dunia 1998, Davor Suker, di tubuh HNS juga dinilai hasil kongkalikong dengan Mamic. Suker dinilai hanya boneka dari Mamic sejak ditunjuk menjadi Presiden HNS pada 2012 lalu.
Mantan pemain timnas Kroasia Dario Simic mengatakan kepercayaan publik terhadap sepak bola di negaranya sempat berada di titik nadir. Hal itu sangat memprihatinkan sehingga perlu dipulihkan.
"Yang terburuk ialah ketika seluruh kepercayaan masyarakat telah hilang terhadap sepak bola," tuturnya.
Namun, bagi pewarta olahraga terkemuka, Robert Matteoni, sejatinya tak ada hu-bungan antara prestasi gemilang Kroasia dan persoalan yang sebelumnya membelit mereka.
"Apa yang terjadi sekarang ialah konsekuensi dari kemurnian sepak bola. Kami memiliki pemain hebat dan pelatih yang mampu memaksimakan potensi. Dari situlah semua prestasi itu datang."
(AFP/Sat/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved