Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Fokus Menuju Empat Besar

Satria Sakti Utama
05/7/2018 07:00
Fokus Menuju Empat Besar
( AFP PHOTO / Francisco LEONG)

INGGRIS menjadi tim terakhir yang meraih tiket babak delapan besar seusai mengalahkan Kolombia di Moskow, Rabu (4/7). Pertandingan berakhir lewat adu penalti dan Inggris unggul dengan skor 4-3 setelah pertandingan normal berakhir 1-1. Keberhasilan itu sekaligus menepis kesialan Inggris yang selalu kalah dalam duel sepakan 12 meter sejak Piala Dunia 1982 yang digelar di Spanyol.

Pelatih Inggris Gareth Southgate mengaku langsung mengalihkan fokusnya untuk melawan Swedia di perempat final akhir pekan ini. Skuat Blagult, julukan Swedia, melaju ke partai selanjutnya seusai menyudahi perlawanan Swiss 1-0, Selasa (3/7) malam.

"Saya sekarang berpikir tentang Swedia. Mereka merupakan tim yang membuat kami memiliki catatan buruk, yang kami anggap remeh di masa lalu. Kami tahu persis bagaimana mereka bermain dan ini akan menjadi ujian yang sangat sulit," ujar pelatih 47 tahun tersebut.

Di atas kertas, Inggris tentu diunggulkan. Namun, Swedia bukanlah lawan yang mudah diatasi. Dalam 7 pertemuan terakhir, kedua tim memiliki rekor yang seimbang, sama-sama meraih 2 kemenangan dan meraih 3 hasil imbang.

"Kami telah berbicara tentang menciptakan kisah kami sendiri, menciptakan sejarah kami sendiri, dan kami telah melakukannya. Saya masih belum ingin pulang," lanjutnya.

Laga melawan Kolombia sendiri berjalan alot dan sangat sulit. Penyerang nomor satu Inggris Harry Kane membawa timnya unggul lebih dahulu berkat gol penalti di menit ke-57. Namun, keunggulan tersebut harus puas tergadaikan karena bek Yerry Mina berhasil menyamakan skor di masa perpanjangan waktu.

Skor 1-1 pun bertahan hingga babak tambahan 2 x 15 menit berakhir sehingga adu penalti harus dilakukan. Di kubu Inggris, Jordan Henderson menjadi satu-satunya pemain yang gagal menjalankan tugas. Sebaliknya, dua pemain Los Cafeteros, julukan Kolombia, yakni Andres Mateus Uribe dan Carlos Bacca, menjadi kambing hitam atas kekalahan tim mereka.

"Beberapa kali kami kehilangan ketenangan kami, tetapi secara umum kami tidak (panik). Penggemar kami cukup brilian malam ini, tetapi ini seperti pertandingan tandang di luar sana sehingga para pemain dapat menanganinya dengan baik," ungkap Southgate.

Kebanggaan yang tersisa
Pelatih Kolombia Jose Pekerman menyebut timnya tersingkir dengan rasa bangga. Namun, kekalahan itu membuat Kolombia gagal mengulangi pencapaian Piala Dunia 2014 lalu yang baru terhenti di babak perempat final.

"Kami telah memperlihatkan skuat yang berani. Kami telah berjuang keras. Kami tidak pernah tunduk ketika menghadapi lawan dan kami memiliki sikap dan pola pikir yang tepat," ujar Pekerman.

Akan tetapi, ada yang masih mengganjal di hati mantan pelatih timnas Argentina itu berkenaan dengan jalannya pertandingan. Pekerman menuding pemain Inggris terlalu banyak memanipulasi kontak fisik yang terjadi. Hal itu berimbas dengan banyaknya sanksi kartu untuk Kolombia, enam kartu kuning.

"Saya pikir orang-orang Inggris atau yang lain tidak dapat melakukannya. Mereka sering kali jatuh di kotak, mereka bertabrakan dan kemudian jatuh lagi. Rasanya cukup menyakitkan jika Anda berada di sisi pemain," tambahnya.

(ESPN/Independent/R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya