Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
INGGRIS menjadi tim terakhir yang meraih tiket babak delapan besar Piala Dunia 2018 seusai mengalahkan Kolombia di Moskow pada Rabu (4/7) dini hari. Pertandingan berakhir lewat adu penalti yang mana Inggris unggul dengan skor 4-3 setelah pertandingan normal berakhir 1-1. Keberhasilan ini sekaligus menepis kesialan Inggris yang selalu kalah dalam duel sepakan 12 meter sejak Piala Dunia 1996 yang digelar di Spanyol.
Southgate mengaku langsung mengalihkan fokusnya untuk melawan Swedia di babak perempat final akhir pekan ini. Skuat 'Blagult'--julukan Swedia-- melaju ke partai selanjutnya seusai menyudahi perlawanan Swiss dengan skor tipis 1-0 pada Selasa (3/7) malam. Gol tunggal kemenangan diciptakan Emil Forsberg dengan sepakan dari luar kotak penalti ke-66.
"Saya sekarang berpikir tentang Swedia. Mereka merupakan tim yang membuat kami memiliki catatan buruk, yang kami anggap remeh di masa lalu. Kami tahu persis bagaimana mereka bermain dan ini akan menjadi ujian yang sangat sulit," ujar pelatih 47 tahun tersebut seusai pertandingan.
Di atas kertas, Inggris tentu diunggulkan. Namun, Swedia bukanlah lawan yang mudah diatasi. Dalam tujuh pertemuan terakhir, kedua tim memiliki rekor yang seimbang, sama-sama meraih dua kemenangan dan meraih tiga hasil imbang.
"Kami telah berbicara tentang menciptakan kisah kami sendiri, menciptakan sejarah kami sendiri dan kami telah melakukannya. Saya masih belum ingin pulang," lanjutnya.
Pertandingan melawan Kolombia sendiri berjalan alot dan sangat sulit. Penyerang nomor satu Inggris Harry Kane membawa timnya unggul lebih dahulu berkat gol penalti di menit ke-57. Namun, keunggulan tersebut harus puas tergadaikan karena bek Yerry Mina berhasil menyamakan skor di masa perpanjangan waktu.
Skor 1-1 pun bertahan hingga babak tambahan 2x15 menit berakhir sehingga adu penalti harus dilakukan. Di kubu Inggris, Jordan Henderson menjadi satu-satunya pemain yang gagal menjalankan tugasnya. Sedangkan, dua pemain 'Los Cafeteros'--julukan Kolombia-- yakni Andres Mateus Uribe dan Carlos Bacca menjadi kambing hitam atas kekalahan timnya.
"Beberapa kali kami kehilangan ketenangan kami, tetapi secara umum kami tidak. Penggemar kami cukup brilian malam ini tetapi ini seperti pertandingan tandang di luar sana, sehingga para pemain dapat menanganinya dengan baik," pungkasnya.
Kebanggaan yang Tersisa
Di lain pihak, bos Kolombia Jose Pekerman menyebut timnya tersingkir dengan rasa bangga. Namun, kekalahan ini membuat Kolombia gagal mengulangi pencapain Piala Dunia 2014 lalu yang baru terhenti di babak perempat final.
"Kami telah memperlihatkan skuat yang berani, kami telah berjuang keras. Kami tidak pernah tunduk ketika menghadapi lawan dan kami memiliki sikap dan pola pikir yang tepat," ujar Pekerman.
Akan tetapi, terdapat yang masih mengganjal hati mantan pelatih timnas Argentina ini berkenaan jalannya pertandingan. Pekerman menuding Harry Kane dkk terlalu banyak memanipulasi kontak fisik yang terjadi. Hal ini berimbas dengan banyaknya sanksi kartu untuk Kolombia, enam kartu kuning.
"Saya pikir orang-orang Inggris atau yang lain tidak dapat melakukannya. Mereka sering kali jatuh di kotak, mereka bertabrakan dan kemudian jatuh lagi. Rasanya cukup menyakitkan jika anda berada di sisi pemain," tambahnya. (Rul/Sat/ESPN/Independent)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved