Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Piala Dunia Ubah Perilaku Warga Rusia

Panca Syurkani
16/6/2018 12:40
Piala Dunia Ubah Perilaku Warga Rusia
(AFP/Kirill KUDRYAVTSEV)

SEORANG mahasiswi Indonesia mengomentari unggahan video di laman Facebook saya yang menampilkan segerombolan orang Rusia yang dengan antusias merangsek ke arah saya agar ikut terekam dalam video laporan panduan menuju Stadion Luzhniki dari Lapangan Merah yang sedang saya kerjakan pada 9 Juni lalu.

“Eh, tumben mereka seperti itu. Biasanya mereka menghindari kamera,” ujar Sarah Edna yang tengah berkuliah kedokteran di Kota Ufa.

Sebagai mahasiswi yang sudah lebih dari tujuh tahun berada di Rusia, tentunya ia lebih mengenal karakter orang Rusia ketimbang saya yang baru seumuran kandungan bayi yang akan lahir di Ibu Kota Rusia ini.

Perubahan perilaku warga rusia ini juga diamini Yoga, jurnalis Indonesia yang saat ini tengah meliput perhelatan Piala Dunia di Moskow.

Dulu, wartawan surat kabar nasional ini berkuliah S2 di Kota Yekaterinburg. Menurutnya, Piala Dunia benar-benar telah merubah perilaku orang Rusia dalam berhadapan dengan orang asing.

Biasanya orang Rusia tidak suka bertegur sapa atau tersenyum kepada orang tidak dikenal. Namun, kini, mereka tidak lagi sungkan melempar senyuman dan memulai percakapan dengan dengan orang lain meski tidak saling mengenal.

Tiga mahasiswi Rusia teman kampus saya pun tidak menampik ajakan berjoget dari para pendukung Tim Nasional (Timnas) Peru saat berada di kawasan Stadion Luzhkini sehari sebelum upacara pembukaan.

Saat laga perdana Piala Dunia antara Rusia melawan Arab Saudi berlangsung, saya bersama beberapa teman mahasiswa Indonesia dan rekan-rekan jurnalis Indonesia berada di luar stadion yang suasananya tidak kalah meriah dengan di dalam.

Para suporter timnas berbagai negara berkumpul mengenakan pernak-pernik khas negara mereka. Bernyanyi, menari, meneriakkan yel-yel, dan lain sebagainya. Selain para supporter, juga terdapat para anggota kepolisian yang bertugas melakukan pengamanan wilayah dengan jumlah yang tidak sedikit.

Yang menarik adalah, para petugas kepolisian tidak keberatan para supporter yang berfoto dengan berlatar diri mereka, atau merangsek masuk ke dalam barisan polisi yang sedang berjalan untuk merekam video di antara mereka. Suatu momen yang langka yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

“Kalau bukan Piala Dunia, saya tidak akan berani melakukan hal tersebut,” ujar Supian, Kandidat Phd asal Sumedang seusai berfoto dan merekam video dengan para polisi.

Keberhasilan tim Rusia membungkam tim Arab Saudi 5-0 pada laga perdana menciptakan kegembiraan yang tidak terhingga bagi warga Rusia. Seorang suporter Rusia mencoba bersalaman dengan para polisi yang ia lewati di sepanjang jalan saat meninggalkan kawasan Luzhniki dengan saling beradu tinju.

Nyanyian lagu perjuangan di masa Uni Soviet “Katyusha” bergaung di lorong stasiun kereta bawah tanah Metro Sportivnaya yang dipantik satu orang dan akhirnya diikuti para suporter lainya. Katyusha merupakan nama meriam Rusia yang digunakan pada masa peperangan dulu.

Bisa diartikan, para suporter tersebut mengibaratkan gol-gol yang disarangkan ke gawang lawan ibarat peluru yang dimuntahkan meriam Kathyusha dan memporak-porandakan benteng musuh.

Seorang suporter berulang-ulang menerikan yel-yel “Rusia…Rusia” dengan suara lantang dan memasuki gerbong kereta yang saya naiki. Melihat saya dan empat teman saya, ia pun mengajak kami melakukan tos menggunakan kepalan tanganya.

Semoga saja perubahan perilaku warga Rusia ini tidak hanya berlangsung selama perhelatan Piala Dunia saja, agar cap ‘Dingin’ tidak lagi menempel pada orang-orang Rusia. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya