Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Memuliakan Ramadan dengan Bertobat

Putri Rosmalia Octaviyani
19/5/2018 08:34
Memuliakan Ramadan dengan Bertobat
(ANTARA/M RISYAL HIDAYAT)

DIKISAHKAN, suatu ketika Rasulullah SAW menjadi imam satu salat dengan makmum para nabi. Entah rohnya atau atas izin Allah SWT, saat itu jasad para nabi bangkit untuk salat berjemaah diimami oleh Rasulullah SAW.

Seusai salat, nabi-nabi yang menjadi makmum kemudian berdoa dan meminta kepada Allah SWT agar dapat diperkenankan hidup kembali untuk menjadi bagian dari umat Rasulullah SAW.

Allah SWT kemudian bertanya alasan yang membuat mereka ingin sekali hidup kembali dan menjadi umat Muhammad. Para nabi menjawab, karena hanya umat Muhammad yang mendapatkan sebuah bulan yang sangat istimewa, bulan suci Ramadan, yakni ada satu malam yang di dalamnya terdapat malam lebih mulia dari malam seribu bulan.

“Jika para nabi saja begitu mendambakan Ramadan, mengapa kita yang telah terlahir sebagai umat Rasulullah SAW masih bisa tidak menyambutnya dan memanfaatkannya untuk bertaubat,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dalam ceramahnya sebelum ibadah tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (17/5) malam.

Ia mengatakan Ramadan ialah waktu terbaik untuk umat muslim bertaubat pada Allah SWT. Pada bulan itu Allah SWT membuka lebar pintu maaf, melipatgandakan pahala, dan menghapus dosa-dosa.

“Muliakanlah, makmurkanlah Ramadan dengan bertaubat, dengan beramal, dengan ibadah, dengan ragam kebaikan,” katanya.

Umat muslim, kata Nasaruddin, jangan sampai menyia-nyiakan bulan suci Ramadan. Manfaatkanlah untuk bertaubat, karena Allah sang maha pemaaf, maha pengasih, dan penyayang.

“Semua manusia pasti pernah melakukan dosa. Tidak satu pun di antara kita yang suci dan bersih dari dosa. Mungkin di antara dosa yang telah kita lakukan ialah dosa-dosa besar,” ucapnya.

Selalu memaafkan
Ia lalu membuka kisah dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim tentang algojo yang telah membunuh 99 orang. Suatu ketika laki-laki itu pergi menemui seorang ulama. Ia kemudian bertanya, apa masih mungkin baginya mendapat maaf dan pengampunan dari Allah SWT. Sang ulama hanya menjawab, dengan dosa-dosanya, sudah sepantasnya sang algojo masuk ke dalam neraka.

Tanpa pikir panjang, dibunuhlah sang ulama oleh algojo tersebut.

Di perjalanan berikutnya, sang algojo mengalami kecelakaan dan meninggal. Seketika itu malaikat penjaga pintu neraka, Malik, datang dan untuk  menjemput dan membawanya ke neraka. Saat itu muncul malaikat penjaga surga, Ridwan, dengan tujuan membawanya ke surga.

Allah SWT kemudian menurunkah malaikat Hakim untuk melerai sekaligus menentukan ke mana sang algojo akan di bawa. Dihitunglah berapa banyak langkah yang telah ditempuh sang algojo saat mencari ulama untuk bertaubat. Bila jaraknya lebih dekat ke rumah ulama, ia akan masuk surga. Sebaliknya, bila jaraknya lebih dekat dari tempat terakhir membunuh, ia akan ikut malaikat Malik ke neraka.

Perhitungan selesai. Jarak antara sang algojo menuju rumah ulama ternyata lebih dekat dari tempatnya meninggal dunia.Diputuskanlah bahwa sang algojo ikut oleh malaikat Ridwan ke surga.

“Jadi, optimislah bahwa Allah SWT akan selalu memaafkan bila kita melakukan pertobatan sepenuh hati kepada-Nya,” ujar Nasaruddin. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya