Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Open House

Abdul Mu’ti Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
14/4/2023 05:05
Open House
Abdul Mu’ti Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah(MI/Seno)

IDUL Fitri adalah hari raya yang di dalamnya umat Islam disunahkan melaksanakan salat dan mengumandangkan takbir. Selain salat dan takbir, pada hari itu, umat Islam dianjurkan memakai pakaian yang indah, makan yang berselera, dan bersukacita dengan hiburan sederhana. Seusai salat, umat Islam bersalaman dan saling mendoakan. Semua itu merupakan sunah yang bernilai ibadah.

Dalam perkembangannya, Idul Fitri tidak lagi menjadi ritual ibadah semata. Idul Fitri berkembang menjadi tradisi dengan berbagai ekspresi kebudayaan yang unik. Yang sangat masif ialah mudik. Berjuta-juta orang menempuh perjalanan ratusan, bahkan ribuan kilometer dengan berbagai moda transportasi untuk bertemu sanak famili dan karib kerabat di kampung halaman. Tidak terhitung berapa biaya yang dikeluarkan jutaan pemudik itu untuk sampai di tanah kelahiran. Para ahli ekonomi memperkirakan jumlahnya mencapai ratusan triliun.

Apa yang dicari para pemudik? Kebahagiaan! Ada yang berpendapat tradisi mudik itu boros. Menghamburkan harta. Bagaimana dengan mereka yang merogoh kocek berjuta-juta untuk menyaksikan konser musik? Apa yang mereka cari? Jawabannya tiada lain, kebahagiaan. Kebahagiaan itu soal cita, rasa, dan nilai.

Ada tiga kebahagiaan saat mudik. Pertama, bahagia ketika bertemu keluarga, terutama orangtua tercinta. Bersama orangtua ialah kebahagiaan yang tiada terkira. Sebagian mereka mungkin sudah renta. Namun, di situlah nilainya. Mengenang masa-masa indah saat belia. Terbawa bersama. Trivialitas itu sungguh bermakna dan membahagiakan.

Kedua, berbagi. Bahagia ialah ketika bisa memberi sesuatu kepada orang lain. Jumlahnya tidak seberapa. Melihat ekspresi ceria anak-anak menerima sedikit ‘uang jajan’ terasa seperti siraman hujan di tengah kemarau. Keceriaan dan keluguan mereka ialah kedamaian. Keceriaan anak ialah oase dunia yang menyejukkan jiwa.

Kebahagiaan ketiga ialah ketika open house atau gelar griya. Pintu rumah terbuka lebar bagi siapa saja. Tidak perlu reservasi. Tidak ada klasifikasi. Tidak ada sekat. Itulah momen kebahagiaan. Semua wajah ceria. Bersalaman, bermaafan. Open house ialah ekspresi open heart: pikiran yang jernih, hati yang bersih, dada yang lapang, hati yang senang.

Tidak ada amarah. Semua tetap riang walaupun kaleng biskuit ternyata isi rengginang. Tak seorang pun merasa tertipu. Tak ada yang menggugat. ‘Penipuan’ itu justru terasa nikmat. Open house ialah happy hours, saat jiwa-jiwa bersih bertemu. Ngudo roso, menyampaikan isi hati. Bahagia, kata para ahli ilmu jiwa, ialah ketika seseorang bisa mengungkapkan isi hati kepada orang-orang tercinta. Sangat sederhana.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah