UDARA 34 derajat celsius di Karachi, Pakistan, terasa menyengat di muka ketika saya berjalan menuju tempat wudu. Hari ini, meskipun hanya berbeda sekitar 2 derajat celsius lebih panas dari Jakarta, panas Karachi juga terasa lebih menyengat terasa menyengat.
Bisa jadi itu kebetulan karena KJRI Karachi terletak di daerah Clifton yang dekat dengan pantai laut Arab. Hal ini menjadi tantangan tersendiri ketika memasuki bulan puasa Ramadan.
Ramadan kali ini merupakan yang pertama sejak ketibaan saya di Karachi pada Juni 2021. Berbeda dengan Indonesia yang menyebut bulan puasa sebagai bulan Ramadan, di Pakistan sebutannya ialah bulan Ramazan.
Seperti juga di Indonesia, Ramadan disambut dengan ramai di Pakistan, mengingat Pakistan ialah negara muslim kedua terbesar (setelah Indonesia) dengan jumlah populasi sekitar 220 juta orang dan 96,47% ialah muslim.
Dalam banyak hal, keriuhan dalam menyambut bulan Ramadan di Pakistan hampir identik dengan di Indonesia. Jajanan pasar menjelang berbuka banyak diserbu masyarakat. Beberapa jajanan khas Pakistan di bulan Ramadan ialah pakoras, samosas, dan spring rolls.
Pakoras padanannya di Indonesia ialah gorengan. Sementara itu, samosas dan spring rolls lebih mirip dengan lumpia di Indonesia. Untuk minuman khas bulan Ramadan di Pakistan umumnya berupa jus buah yang dicampur sirop mawar.
Di beberapa area (umumnya di kalangan kelas menengah ke bawah), masih terdapat praktik membangunkan sahur dengan gendang. Bulan Ramadan di Pakistan juga meningkatnya aktivitas sedekah buka puasa baik yang dilakukan berbagai LSM maupun kalangan kelas atas Pakistan.
Pakistan, menurut riset Stanford Social Innovation Review, merupakan salah satu negara paling dermawan dengan adanya kontribusi lebih dari 1% GDP-nya untuk amal.
Sebagai Konsul Jenderal RI di Karachi, pada bulan Ramadan tingkat interaksi saya malah semakin meningkat dengan berbagai undangan buka puasa (iftar) bersama. Hal yang unik, ketika memasuki bulan Ramadan terdapat tradisi saling mengirimkan bingkisan kepada kolega atau kerabat.
Kegiatan menghadiri iftar di Pakistan menjadi kesibukan yang menghibur, hampir setiap hari ada undangan iftar. Acara iftar diadakan mulai rumah pribadi yang besar (dengan taman indoor yang luas), marriage hall (aula yang sering digunakan pesta pernikahan), sampai dengan hotel berbintang.
Satu hal yang positif dari acara buka bersama di Pakistan ialah orang-orang menjadi lebih on time (tepat waktu) karena mengejar momentum buka puasa. Hal yang berbeda dari bulan-bulan lainnya, acara jamuan malam biasanya bisa baru mulai dari sekitar pukul 9 atau 10 malam. (H-2)