Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Antara Habil dan Qabil

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal
22/4/2021 05:35
Antara Habil dan Qabil
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal(MI/Seno)

NABI Adam dan Hawa tidak bisa menyembunyikan kekecewaan mereka. Pertama, ketika keduanya melakukan pelanggaran di surga, mendekati dan memakan buah khuldi yang terlarang, yang mengakibatkan keduanya jatuh dari surga kenikmatan ke bumi penderitaan.

Kedua, ketika anak-anak mereka tidak semuanya mengikuti hukum dan ketentuan Tuhan. Meskipun lahir dari benih yang sama dan keluar dari rahim yang sama, tidak jaminan anak-anak itu menempuh pilihan hidup yang sama.

Pasangan Adam-Hawa pertama kali dikaruniai sepasang anak yakni Habil dan kembar perempuannya, disusul dengan sepasang anak kembar berikutnya, yakni Qabil dan kembar perempuannya. Menurut ketentuan, Habil mestinya dijodohkan dengan kembaran Qabil dan Qabil dijodohkan dengan kembaran Habil. Namun, Qabil menolak ketentuan itu karena pasangan Habil tidak secantik gadis kembarannya.

Kecemburuan, kebencian, dan dendam mulai merasuk di dalam diri Qabil. Sebaliknya budi baik dan kearifan mulai tertanam di dalam diri Habil.

Kedua kakak beradik ini juga memilih profesi berbeda. Habil memilih bercocok tanam dan Qabil memilih beternak binatang.

Ketika keduanya diminta mengeluarkan zakat dan infak, Habil mempersembahkan hasil tanaman yang berkualitas tinggi, sedangkan Qabil mempersembahkan binatang yang kurus dan kecil. Akhirnya Tuhan menerima persembahan Habil dan menolak persembahan Qabil. Tentu saja orangtua mereka, Adam dan Hawa, lebih respek kepada perilaku Habil ketimbang Qabil yang selalu menampilkan perbuatan tidak terpuji.

Akumulasi kebencian dan kecemburuan berkecamuk di hati Qabil, lalu muncul niat buruk untuk membunuh kakaknya, Habil. Alhasil, Qabil mengambil batu besar lalu dipukulkan ke kepala Habil. Inilah pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. Setelah membunuh, Qabil kebingungan bagaimana langkah selanjutnya. Ia pun terinspirasi oleh burung gagak yang menguburkan anaknya yang sudah mati.

Pemandangan antara Habil dan Qabil sesungguhnya simbolisasi dari drama kehidupan anak manusia. Dalam episode sejarah kemanusiaan selalu terjadi pergelutan antara figur Habil dan figur Qabil.

Habil simbol manusia agung yang mempunyai sifat-sifat ideal, taat hukum, mengendalikan nafsu, menyembah Tuhan dengan baik, dan memelihara sopan santun. Adapun Qabil simbol manusia jahat yang mempunyai sifat-sifat buruk, egois, curang, dikuasai hawa nafsu, jauh dengan Tuhan, dan merelakan orang lain binasa demi kepentingan pribadi.

Drama kehidupan Habil dan Qabil akan selalu berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Bahkan drama kehidupan itu semakin gampang ditemukan di mana-mana; memasuki seluruh profesi dan lapangan kehidupan umat manusia. Di kantor dan tempat kita berusaha, di pasar, di persawahan, di perkebunan, di laut dan di darat, di dalam rumah tangga, dan bahkan di dalam rumah-rumah ibadah pun tak terkecuali.

Setiap anak cucu Adam diberi pilihan (ikhtiar), untuk mengikuti kedua figur kontradiktif tersebut. Jika mengikuti figur Habil, orang itu akan menempuh jalan hidup yang benar, mengikuti ketentuan hukum Tuhan, mampu mengendalikan nafsu syahwat, termasuk syahwat politiknya.

Sebaliknya, jika seseorang mengikuti figur Qabil, orang itu akan menempuh jalan hidup yang sesat, melanggar berbagai ketentuan hukum Tuhan, dikendalikan nafsu syahwatnya, dan rela membangun istana di atas puing kehancuran orang lain.

Dalam bahasa lain, Alquran menyebutkan, Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha (Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya). Jiwa fujur ialah jiwa yang dipilih Qabil bersama anak cucunya dan jiwa taqwa ialah jiwa yang dipilih Habil bersama anak cucunya. Beruntunglah orang-orang yang mengikuti Habil dan merugilah orang-orang yang mengikuti Qabil. Hanya perlu diwaspadai, di tengah kehidupan kita banyak sekali orang yang menyamar sebagai Habil, tetapi sesungguhnya adalah Qabil.

Kisah ini menasihati kita semua agar kita waspada memilih dan memercayai seseorang. Tidak sedikit orang yang terjerumus karena terkecoh oleh penampilan seorang figur. Kisah ini juga mengingatkan bahwa pengorbanan yang tulus akan menggores sejarah kemanusiaan yang terpuji, sebaliknya pengorbanan semu hanya akan memberikan kepuasan sesaat, tetapi tidak akan dikenang indah dalam sejarah.

Figur Habil menuntun seseorang untuk menempuh jalan hidup aman dan penuh kedamaian (Islam) dan figur Qabil mengajak seseorang untuk melewati jalan riskan dan penuh risiko. Sebagai orangtua tentu kita harus bercita-cita dan berdoa untuk melahirkan generasi Habil, bukan Qabil. Semoga Tuhan menjadikan kita sebagai figur Habil. Amin.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah