Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Keadilan Sesungguhnya di Akhirat

Quraish Shihab
11/5/2019 06:40
Keadilan Sesungguhnya di Akhirat
Quraish Shihab(MI/Seno)

KITA kembali melanjutkan pembahasan Surah Ad Dukhan. Ayat-ayat yang akan dibahas menekankan mengenai kebenaran hari kemudian dan ganjaran bagi mereka yang meragukannya.

Pada ayat ke-34 dikatakan, "Sesungguhnya mereka, kaum musyrik yang mendustakan Nabi Muhammad dan mendustakan kebangkitan di hari akhirat, pasti akan berkata; sesungguhnya tidak ada kehidupan selain kehidupan yang disusul dengan kematian di dunia ini. Karena itu pula, kami tidak akan dibangkitkan setelah kematian di dunia ini."

Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa ada orang-orang musyrik yang tidak percaya terhadap hari kemudian dan akhirat. Mereka beranggapan sungguh aneh ada kehidupan setelah kematian di Bumi ini.

Bagi mereka, ketika kita mati, merupakan kematian pertama dan terakhir sehingga tidak ada kehidupan baru setelahnya. Orang-orang seperti itu menganggap kematian di dunia ini ialah ketiadaan.

Pandangan semacam ini dulu dianut banyak kaum musyrik. Hingga saat ini pun, masih ada sebagian yang berpandangan demikian. Mereka merupakan penganut paham eksistensialisme. Dalih mereka, menekankan pada eksistensi manusia dan tidak memedulikan agama.

Mereka berdalih, kalau memang benar ada kehidupan setelah kematian, mengapa leluhur yang telah mati tidak bisa dihadirkan kembali. Di situlah letak kekeliruannya. Mereka keliru menganggap bahwa kehidupan setelah kematian ialah kehidupan di dunia ini.

Islam mengakui reinkarnasi, tapi tidak di dunia ini. Melainkan di akhirat. Allah sudah memiliki kebijakan bahwa kehidupan setelah di dunia ialah di akhirat nanti. Lalu, apa ganjaran bagi mereka yang meragukan akhirat?

Dikatakan, orang-orang yang durhaka ini berpotensi mendapat siksa karena tidak meyakini hari kemudian tersebut. Semua karena kedurhakaannya tersebut akan dibinasakan.

Lantas, mengapa harus ada kehidupan setelah kematian? Jawabannya, langit dan bumi ini Allah ciptakan bukan tanpa tujuan. Ada tujuan yang hak, bukan sekadar kehidupan makan dan minum. Kehidupan di dunia memang belum sempurna atau belum mencapai hak (kebenaran).

Maka dari itu, perlu ada hari setelah kematian untuk menghadirkan kebenaran dan keadilan. Orang-orang baik akan mendapat ganjaran surga. Sebaliknya, orang-orang yang buruk mendapat siksa neraka.

Dengan demikian, ada tujuan hidup melebihi tujuan keberadaan di bumi ini. Tujuan kehidupan ialah mencapai kebenaran, yaitu di akhirat nanti.

Perlu diingat pula, pada hari kiamat nanti bantuan dari orang-orang dekat kita di dunia ini tidak akan berguna. Orang lain tidak bisa membantu. Maka, kita sendirilah yang bisa membantu diri sendiri untuk masuk ke surga. (Dhk/H-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
  • Mendalami Makna Ayat Al-Qur’an Melalui Aplikasi

    31/10/2023 20:36

    Aplikasi Tafsir Al-Mishbah yang dirancang untuk membuat ajaran Al-Qur’an lebih mudah diakses seluruh lapisan masyarakat pada era digitalisasi yang pesat.

  • Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab Hadir di Aplikasi Android

    31/10/2023 19:01

    PUSAT Studi Al-Qur’an melucurkan aplikasi Tafsir Al-Mishbah karya Prof Quraish Shihab. 

  • Kemuliaan yang Hakiki

    29/4/2022 04:10

    KITA sering mendengar kata kemuliaan. Apa kemuliaan itu? Ia biasa diartikan dengan kedudukan tinggi yang mengundang pemiliknya dihormati.

  • Makna Hijrah

    24/4/2022 04:10

    TAHUKAH Anda, apa arti hijrah? Hijrah dari segi bahasa mempunyai dua makna

  • Hati Nurani

    22/4/2022 04:10

    KITA semua pasti pernah mendengar hati nurani? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hati nurani bisa diartikan antara lain perasaan hati yang sedalam-dalamnya

  • Hakikat Ilmu

    17/4/2022 04:20

    KALI ini kita akan berbicara tentang makna ilmu. Ilmu terambil dari bahasa Arab

Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah