PENGANGKATAN mantan Ketua DPR Setya Novanto men jadi Ketua Fraksi
Partai Golkar berdampak luas pada kondisi partai tersebut. Partai Golkar
akan semakin kehilangan kepercayaan publik karena tetap memberikan
jabatan strategis kepada Novanto. "Bukan pilihan tepat. Novanto sudah
bersalah, kok, masih diberi posisi strategis menjadi salah satu alat
kelengkapan dewan. Golkar akan kehilangan kepercayaan publik jika tetap
berikan jabat an strategis kepada Novanto," ujar pengamat politik
Univesitas Islam Negeri (UIN) Gun Gun Heryanto, kemarin. Menurutnya, hal
itu menjadi problem. Apalagi terduga pencatut nama Presiden Joko Widodo
dan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait dengan perpanjangan kontrak
karya PT Freeport Indonesia itu sudah diproses secara etik di Mahkamah
Kehormatan Dewan (MKD).
Novanto pun sebelumnya sudah diputus
melanggar etika ketika bertemu Donald Trump, beberapa bulan lalu.
Perihal pengganti Novanto dari jabatannya sebagai Ketua DPR, Ketua DPP
versi Munas Jakarta, Fayakhun Andriadi, meminta agar pimpinan DPR
membacakan surat perihal pergantian Ketua DPR RI di hadapan Sidang
Paripurna DPR RI pada 11 Januari 2016. DPP Golkar Munas Jakarta
mengajukan Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai pengganti Novanto.
"Keputusan selanjutnya kita serahkanlah kepada 560 anggota DPR RI untuk
menentukan pilihannya. Pimpinan DPR jangan lagi mempertontonkan
permainan politik yang bersifat pembodohan, ketidakprofesionalan, dan
pemutarbalikan fakta," ujarnya.
Anggota Fraksi PKB Maman Imanul
Haq menyesalkan jika konflik Golkar malah merembet ke DPR karena masalah
pergantian Ketua DPR. "Pertanyaannya, Golkar yang mana? Kan ada dua
kubu. Tentu, prinsipnya kita ingin (pimpinan DPR) yang terbaik.
Sebaiknya kedua kubu menjalin komunikasi terlebih dahulu, patuhi
mekanisme yang ada. Jangan justru makin merusak citra DPR," tegasnya.
Wakil Ketua DPR Agus Hermanto menambahkan, siapa pengganti Novanto akan
dibahas setelah masa reses yang berakhir 10 Januari 2016. Agus mengaku
telah meneri ma surat dari kubu Agung soal pergantian Ketua DPR.
"Sekarang (suratnya) sudah ada. Sekarang lagi reses. Surat yang masuk
akan kita bahas saat rapat pimpinan. Tidak mungkin kita bahas ini saat
reses, pembahasannya nanti setelah reses," katanya.