Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Berantas Terorisme dengan Soft Power

Putri Anisa Yuliani
20/1/2017 08:16
Berantas Terorisme dengan Soft Power
(Wakapolri Komjen Syafruddin (kedua kanan) berbincang dengan Komandan Penjaga Perbatasan Kerajaan Yordania-Israel Kolonel Azran Aloaran (ketiga kanan) --ANTARA/HO)

INDONESIA dan Yordania sepakat menghadapi persoalan terorisme secara bersama-sama. Pembe­rantasan terorisme akan dititikberatkan melalui pendekatan soft power ketimbang dengan hard power.

Saat melakukan kunjungan ke Yordania (18/1-19/1), Wakapolri Komjen Syafruddin sudah membicarakan hal itu bersama dengan Kepala Public Security Department Kerajaan Yordania Mayor Jenderal Ahmad Sarhan Al-Faqih.

Dalam kunjungan itu, ada beberapa hal yang dibahas dengan Sarhan. Salah satunya menyangkut tantangan global yang harus dihadapi bersama, yakni teroris, termasuk yang kini sedang dihadapi Indonesia.

“Pencegahan terorisme dipandang lebih baik dan penting. Pemberantasan terorisme dilakukan terutama dengan soft power ketimbang hard power. Yordania memiliki kesamaan dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya bergama Islam. (Intelijen) Yordania merupakan salah satu badan intelijen terbaik di dunia,” kata Syafruddin.

Dalam kunjungan tersebut, Syafruddin menawarkan kerja sama khusus, yakni kerja sama soal capacity building, pelatihan, dan pendidikan. “Ini perlu kita tingkatkan pendidikan di bidang transnational crime, penanggulangan terorisme, human trafficking, dan masalah global lainnya serta transfer pengetahuan intelijen, law enforcement, dan lainnya,” jelasnya.

Ahmad Sarhan Al-Faqih mengakui saat ini Yordania mendapatkan tantangan dari terorisme dan radikalisme yang didapat dari pengungsi yang memiliki latar belakang bermacam. “Yordania telah menerima pengungsi mulai 1948. Setiap hari kami menerima para pengungsi. Para pengungsi ini dari Libia, Suriah, Irak, dan Palestina sehingga berdampak pada Yordania dari segi ekonomi, keamanan, dan sosial,” kata Sarhan.

Ia mencontohkan telah melakukan mediasi dengan beberapa kriminalis yang memiliki paham radikal sebanyak 365 orang yang dipenjara dan berhasil mengembalikan mereka dari paham radikal sebanyak 61 orang.

Positif
Pengamat terorisme Al Chaidar menilai positif kerja sama yang dilakukan antara Polri dan otoritas intelijen pemerintah Yordania. Itu merupakan kerja sama pertama Indonesia dengan pemerintah dari negara Timur Tengah dalam hal pencegahan terorisme. “Langkah bagus untuk bekerja sama dengan lembaga luar untuk mengetahui situasi lebih jauh teroris di sana,” kata Al Chaidar.

Al Chaidar menyarankan kerja sama agar tidak terbatas pada Yordania saja, tetapi juga negara-negara lain baik di kawasan Timur Tengah maupun kawasan lain seperti Turki, Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat. Selain itu, kerja sama tersebut diharapkan bisa mempersempit ruang gerak jaringan teroris yang ada di dunia sekaligus mencegah penyebarannya.

Menurutnya, negara-negara yang ia sebut ialah sesama korban teroris yang sudah pasti melakukan penyelidik­an komprehensif sehingga antara pemerintah Indonesia dan negara-negara tersebut dapat bertukar informasi.

Pengamat terorisme Al Araf menambahkan pemerintah harus terbuka dalam menjalin kerja sama dengan pihak lainnya. Dalam melakukan tugas dan fungsi pencegahan, Indonesia tidak bisa berjalan sendiri. Ia berharap kerja sama bisa lebih terbuka lagi dengan negara-negara lainnya. (P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya