Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
SUDAH lebih 40 hari berlalu setelah Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan tewas di kamar kosnya di Jakarta. Tepatnya, almarhum ditemukan tidak bernyawa di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7).
Keluarga almarhum pun telah menunjuk kuasa hukum keluarga, Nicholay Aprilindo, untuk menangani kasus tersebut serta menggelar konferensi pers, Sabtu (24/8). Nicholay menyampaikan, keluarga kala itu tidak langsung menyampaikan pernyataan karena masih syok atas kematian Arya, terlebih ibunda Arya, Titi Sulatri, juga tengah sakit.
“Situasi kesehatan tersebut membuat keluarga belum siap menyampaikan pernyataan lebih awal,” terang dia.
Nicholay juga menyampaikan informasi bahwa akun instagram dan WhatsApp Arya Daru Pangayunan terlihat aktif sebelum konferensi pers. "Ini menimbulkan dugaan ponsel masih digunakan pascakematian hingga saat ini," jelas dia
Selain itu, Nicholay juga mempertanyakan dua orang yang bertemu Arya sebelum ditemukan tak bernyawa, yaitu perempuan V dan pria D.
Tim penasihat hukum keluarga pun mendesak polisi mendalami kedua orang tersebut. Proses penyelidikan harus dilanjutkan, salah satunya untuk mendalami dua orang yang bersama-sama dengan almarhum pada saat di Grand Indonesia.
"Pertanyaan kami, sejauh mana pendalaman terhadap wanita berinisial V maupun pria berinisial D?" tegas dia.
Pihaknya juga mengungkapkan beberapa kejanggalan dari hasil penyelidikan polisi, misalnya luka lebam tubuh Arya serta kandungan obat dalam urine. "Apa yang menyebabkan almarhum kelihatan panik setelah bertemu dua orang oknum tersebut?" lanjut dia.
Nicholay pun juga mengungkapkan, asisten rumah tangga Arya Dari menerima amplop cokelat dari pria tidak dikenal. Amplop tersebut diberikan saat pengajian pada 9 Juli 2025.
Amplop itu berisi simbol-simbol dari gabus putih, yaitu simbol bintang, hati, dan simbol bunga kamboja. Simbol-simbol itu sedang diperdalam untuk mengetahui pesan dan yang terkandung di dalamnya.
Ayah Arya Daru, Subaryono pun menceritakan sisok almarhum di matanya. Arya merupakan anak semata wayang yang ditunggu-tunggu kelahirannya setelah tiga kali sang istri keguguran.
"Ini (kehilangan Arya Daru) merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi keluarga kami. Banyak hal yang membuat kami menjadi syok, terpuruk, dan tidak berdaya," terang Subaryono.
Arya meniti karir sebagai diplomat tidak dengan jalan mudah. Setelah lulus Sarjana dari Hubungan Internasional UGM pada 2009, ia menjadi tutor bahasa Inggris di Jakarta.
Arya Daru kemudian mendaftar sebagai lokal staf Myanmar. Ia lalu diangkat sebagai asisten utama diplomat di bidang politik, tetapi belum berstatus ASN.
Arya Daru berhasil lulus tes dan mulai berkarir sebagai ASN di Kemenlu pada 2014. Arya Daru sempat bekerja di dua negara, yaitu Timor Leste dan Argentina.
Sang ayah juga ingat ketika Arya Daru mengabarkan, dirinya ditempatkan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI). Tugas Arya adalah siap dipanggil setiap waktu untuk perlindungan WNI.
"Misalnya, ada ABK meninggal dunia di kapal asing, Arya ikut mengurus kepulangan ke Indonesia," cerita sang ayah.
Arya Daru, terang sang ayah, selalu mengatakan, 'I am ok', ketika ditanya tentang pekerjaannya.
Setelah melewati tantangan kerja tersebut, Arya pun mendapat tugas baru ke Finlandia. Penempatan itu pun menjadi kabar yang menggembirakan.
Namun, setelah semua hal untuk pindah ke Finlandia sudah disiapkan, kabar tentang kematian Arya membuat keluarga sangat terpukul. Subaryono tidak membayangkan anak semata wayangnya meninggal dengan cara seperti itu.
"Apa salah kami? Dan (kami yakin) suatu saat akan terungkap kebenaran," jelas dia.
Ia pun memohon Presiden Prabowo Subianto, bisa turut membantu agar misteri kematian Arya Daru segera terungkap. (AT/E-4)
Rekaman CCTV, memperlihatkan Arya masih beraktivitas membuang sampah dalam kantong plastik hitam pada Senin malam, 7 Juli 2025 sekitar pukul 23.24 WIB.
IKLAN rasial tentang robot pembersih lantai yang melecehkan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia terus menuai kecaman. Kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo diharapkan bisa menuntaskan masalah tersebut sehingga tidak terulang kembali.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved