Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Rakyat Terjebak Pendekatan Kulit

Arif Hulwan
19/11/2016 04:47
Rakyat Terjebak Pendekatan Kulit
(MI/RAMDANI)

PILKADA DKI Jakarta mengungkapkan banyaknya pemahaman politik dan keagamaan masyarakat Indonesia yang cenderung simbolis ketimbang melihat isi.

Cacian dan cap negatif tanpa dasar mudah terlempar dari mulut warga.

Pendidikan tinggi dituntut berperan dalam mengubah watak dari benih radikalisasi ini.

"Pendekatan sekarang lebih pada kulit. Substansi tidak lebih hebat dari kulit. Kita sudah terjebak. Pasti yang pakai songkok itu imannya lebih hebat, lebih bagus. Tidak begitu," cetus Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat menerima enam rektor IAIN di kantornya, kemarin.

Hal yang sama terjadi pada isu-isu seputar pilkada DKI Jakarta.

Lantaran mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), petahana di Pilkada DKI Jakarta 2017 yang merupakan nonmuslim, Surya membaca di media sosial bahwa dirinya disebut keturunan Yahudi dan Metro TV, televisi yang didirikannya, kerap memberitakan permusuhan terhadap Islam.

Surya menegaskan kakek-neneknya jelas merupakan muslim Aceh yang taat.

Adapun Metro TV selalu menayangkan acara yang edukatif, alih-alih menayangkan sinetron populer.

Baginya, penayangan acara yang mendidik itu secara substansi bersifat islami.

"Inikan lebih islami, (karena) membangun pemahaman publik. (Isu-isu) ini merupakan setback," keluhnya.

Rektor IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, Fauzul Iman, mengatakan komunitas pendidikan tinggi Islam bertekad untuk menebarkan pendidikan kebinekaan.

Hal-hal islami yang sifatnya substantif lebih diutamakan dalam proses pendidikan.

Pendidikan tinggi Islam di Indonesia juga harus menghargai kemajemukan di Indonesia.

"IAIN dan UIN itu sudah lama berpikir dan menjadi destinasi pemikiran yang menafikan pikiran radikal yang membuat kegaduhan bangsa. Tidak arif berpikir demikian di dunia yang rumit dan heterogen."

Selain Fauzul, dalam agenda itu turut hadir pula Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Eka Putra Wirman, Rektor IAIN Raden Intan Lampung Mohammad Mukri, Rektor IAIN Mataram Mutawalli, Rektor IAIN Sultan Thaha Jambi Hadri Hasan, dan Rektor IAIN Antasari Banjarmasin Akhmad Fauzi Aseri.


Sudah selesai

Pengajar pascasarjana komunikasi Universitas Indonesia (UI), Puspitasari, menambahkan pemerintah seolah menganggap masalah identitas sudah selesai ketika sudah memasuki era reformasi.

Padahal, dengan pembiaran tersebut, isu identitas di kalangan masyarakat justru semakin mengeras dan tak terbendung.

"Isu identitas diabaikan negara, dianggap masalahnya sudah selesai yang (justru) membuat masalah identitas kembali mengeras," ujar Puspitasari dalam diskusi dengan tema Media sosial dan kegaduhan politik, kemarin.

Di tempat yang sama, Ketua Prodi Akademi Televisi Indonesia Agus Sudibyo menyarankan agar pemerintah memberikan pendidikan digital atau literasi digital bagi masyarakat Indonesia khususnya yang mengeyam bangku sekolah.

Menurutnya, untuk mengatasi isu identitas cukup dengan menutup konten-konten yang dinilai menyebarkan kebencian, bukan keseluruhan akun atau website. (Nyu/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya