Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

PAN Senang dengan Kinerja 2 Tahun Jokowi-Maruf

Cahya Mulyana
20/10/2021 16:09
PAN Senang dengan Kinerja 2 Tahun Jokowi-Maruf
Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.(Ist)

ADA beberapa catatan yang bisa disampaikan terkait dua tahun Jokowi-Maruf. Harus diakui bahwa periode kedua Jokowi ini adalah masa sulit dan penuh tantangan. Sebab, tidak begitu lama setelah dilantik, dunia menghadapi wabah Covid-19. Semua negara disibukkan dengan penanganan wabah tersebut. Tidak terkecuali Indonesia.

"Pemerintah kala itu kesulitan. Agak sedikit mencekam juga. Kalau kita datang ke rumah sakit, ada banyak pasien yang terpapar. Ada banyak kendala yang harus ditangani. Untungnya, semua tenaga medis tetap siap siaga. Tidak ada yang menyerah. Kita salut kepada mereka," ujar Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay dalam keterangannya, Rabu (20/10).

Baca juga: Mantan Kades Diperiksa Jaksa terkait Aset Kasus ASABRI

Menurut Anggota Komisi IX itu terdapat dua hal utama yang perlu diperhatikan pada periode pandemi virus ini. Pertama upaya pemerintah menangani Covid-19 dari sisi kesehatan dan kedua dalam mengendalikan dan memulihkan ekonomi nasional. 

Kedua hal ini dinilai berkaitan antara satu dengan yang lain. Tidak hanya itu, kedua hal ini juga sangat terkait dengan sektor kehidupan sosial dan ekonomi lainnya.

Dari sisi kesehatan, pemerintah dinilai telah berupaya keras untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Di awal pandemi, pemerintah terkesan agak sedikit lambat. Tetapi itu bisa dipahami mengingat persoalan covid-19 adalah persoalan baru. 

Tidak ada satu negara pun yang siap menghadapinya. Namun, pemerintah perlu diapresiasi dengan gerak cepatnya untuk membentuk satuan tugas untuk menangani persoalan kesehatan akibat Covid-19. Satuan tugas itu juga digandengkan dengan satuan tugas untuk pemulihan ekonomi nasional.

Harus diakui bahwa infrastruktur kesehatan tidak semuanya siap menghadapi Covid-19. Untuk itu, di awal sekali, pemerintah menetapkan 100 rumah sakit yang menjadi rujukan covid. Rumah-rumah sakit ini dinilai lebih siap karena sebelumnya telah dijadikan sebagai tempat perawatan bagi masyarakat yang terpapar flu burung. Tentu, faskes-faskes ini harus dilengkapi dengan alkes dan tenaga medis yang mumpuni.

Seiring dengan perkembangan pandemi, pemerintah menghadapi berbagai persoalan secara fluktuatif. Puncaknya adalah pada saat tingginya penyebaran virus covid di berbagai kota besar di Indonesia. Pada saat itu, semua rumah sakit penuh. Bahkan, banyak rumah sakit yang harus mendirikan tenda di sekitar halaman rumah sakit untuk menampung seluruh masyarakat yang terpapar. 

"Persoalannya kan tidak hanya soal tenaga medis dan ketersediaan tempat tidur. Waktu itu, terjadi kelangkaan oksigen. Banyak rumah sakit yang mengeluh. Begitu juga kelangkaan obat-obatan Covid. Kalaupun ada obat, harganya sangat tinggi sekali. Banyak yang tidak sanggup membeli," benernya.

Semua itu adalah tantangan yang tidak ringan. Harus diakui bahwa pemerintah sangat sabar untuk menghadapi semuanya. Pada akhirnya, eskalasi yang terpapar menurun. Tingkat hunian rumah sakit juga menurun. Yang sakit dan meninggal turun drastis. Ini harus diapresiasi. 

"Negara lain banyak juga yang terkejut dengan Indonesia. Bahkan, Malaysia tertinggal dengan kita. Ini harus disyukuri. Semua pihak tetap harus berkontribusi. Caranya, tetap menerapkan prokes secara ketat di semua tempat," ujarnya.

Dari sisi pemulihan ekonomi, pemerintah dinilai juga bekerja cukup maksimal. Beberapa bulan yang lalu, ekonomi Indonesia sempat mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah dan menyentuh lebih rendah minus 5 persen. Di tengah pandemi seperti saat ini, resesi seperti ini tentu tidak mudah dihadapi. Perlu kerja keras dan keseriusan semua pihak untuk bertahan dan berupaya menaikkan kembali perekonomian nasional.

"Di titik ini, saya kira pemerintah bekerja maksimal. Buktinya, ekonomi bisa tumbuh positif. Tingkat pertumbuhannya sangat baik. Bahkan, sekarang sudah mendekati 5 persen. Itu artinya, kita sudah tidak resesi lagi. Tinggal bagaimana bisa mempertahankan dan meningkatkan yang ada saat ini".

Namun demikian, harus diakui bahwa pemerintah belum mampu mengantisipasi gelombanh PHK. Ada puluhan juta pekerja yang terpaksa di-PHK dan dirumahkan. Ini harus menjadi perhatian. Mereka yang terdampak ini harus dipikirkan agar kembali bisa bekerja dan bisa menghidupi keluarganya.

"Karena itu, kita harus terus mendukung program bantuan subsidi, bantuan sosial, dan pelatihan-pelatihan kerja yang dilakukan pemerintah. Dengan begitu, masyarakat tetap memiliki daya beli. Di basis terendah di pedesaan, daya beli sangat berpengaruh untuk mendorong stabilitas ekonomi. Dengan bantuan langsung tunai menjadi sangat penting saat ini," pungkasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik