Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
WAKIL Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura, Inas Zubir, mengakui bahwa Ambroncius Nababan telah melecehkan mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai. Namun, Inas menampik Ambroncius melakukan tindakan rasialis.
Ia mengatakan sampai saat ini belum mendapatkan jawaban yang benar mengenai letak rasialisme yang dilakukan Amborncius terhadap Pigai. Berdasarkan pengakuan, Ambroncius mendapatkan foto dari media sosial yang kemudian ditampilkannya lagi.
"Dan tidak ada kata-kata yang menghina satu ras atau satu suku pun. Dia hanya melecehkan Pigai yang dibandingkan dengan salah satu makhluk tuhan, hanya itu saja. Lantas di mana kata-kata (rasis)-nya?" kata Inas dalam diskusi daring Crosscheck bertajuk Pigai di Antara Ambroncius dan Abu Janda, yang digelar Medcom.id, Minggu (31/1).
Menurut Inas, seharusnya peristiwa dugaan pelecahan itu tidak terjadi jika Pigai tidak melakukan provokasi di media sosial, utamanya mengenai penolakan terhadap vaksin covid-19. Ia menyebut polisi sejak awal tidak mencermati argumentasi dan opini Pigai yang telah memancing lawan politiknya. Oleh sebab itu, Inas meminta polisi untuk berani memanggil dan mengklarifikasi Pigai.
"Karena Pigai ini didiamkan polisi, tidak pernah diproses, dicermati, akhirnya ada jawaban, ada balasan dari lawan politik. Ini yang berbahaya sebenarnya," tandas Inas.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menyebut masyarakat Indonesia belum beranjak dari fenomena cebong vs kampret sejak Pilpres 2019. Maka, ketika elite politik akhirnya berkoalisi, rakyat justru tidak mendapatkan apa-apa.
"Jadi sekeras apa pun konfrontasi politik, kritik, masukan, mestinya disikapi dengan dewasa dan kepala dingin," ujar Adi.
Meskipun dalam bahasa hukum tindakan rasialisme masih dinilai multitafsir, Adi menyayangkan terjadinya penyandingan wajah Pigai dengan gorila yang dilakukan Ambroncius. "Menurut Pak Inas itu tidak rasial, tapi menurut masyarakat itu sangat rasial, karena menyamakan orang dengan hewan itu tentu sangat menghina. Tentu itu melecehkan dan menghina," pungkas Adi. (P-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved