Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

DPP GMNI Kritisi Deklarasi KAMI

RO/Micom
20/8/2020 14:17
DPP GMNI Kritisi Deklarasi KAMI
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI), Imanuel Cahyadi.(Dok pribadi)

DEKLARASI yang digelar Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi, Jalan Proklamasi, Jakarta, pada Selasa (18/8) lalu ditanggapi oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI), Imanuel Cahyadi. 

Menurut Imanuel, gerakan-gerakan mahasiswa saat ini harus lebih punya gerakan yang substansial pada situasi bangsa kini di tengah pandemi covid-19. 

Menurutnya, saat ini justru yang penting untuk ditumbuhkan adalah semangat yang positif, optimis, dan jangan membawa publik untuk memiliki semangat yang sifatnya justru pesimis terhadap kemajuan bangsa ke depan. 

"Untuk itu DPP GMNI menilai bahwa jangan sampai ada gerakan-gerakan yang sifatnya ini malah membawa pada polarisasi sisa-sisa residu dari Pilpres kemarin," tuturnya. 

"Karena kalau kita bisa lihat dari tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya, ini kan memang notabene afiliasinya ke orang-orang tua yang memposisikan diri sebagai oposan. Jadi kita melihat di sini di tengah situasi ini baiknya kita membangun semangat optimisme bangsa untuk bisa sama-sama lepas dari covid-19 ini. Apalagi di momentum kemerdekaan," lanjut Imanuel. 

Lebih lanjut, dikatakan Imanuel, DPP GMNI menghargai aksi KAMI yang membuat sebuah gerakan, yang merupakan satu fungsi dari demokrasi. Namun yang menjadi catatan DPP GMNI adalah bentuk gerakannya. 

"Agar ini mengarah ke aksi-aksi yang kongkrit, jangan hal-hal umum yang ujung-ujungnya hanya menghimpun kekesalan di tengah covid-19 ini untuk diarahkan pada hal-hal tendesius," katanya. 

Terkait dengan penanganan covid-19, Imanuel mengakui banyak catatan kritis terhadap pemerintah, seperti mengenai data yang amburadul dan banyak bantuan yang tidak menyentuh masyarakat terdampak covid-19 yang membutuhkan, dimana ini lebih banyak masalah teknis. Sehingga dalam hal ini, papar Imanuel, gerakan-gerakan mahasiswa juga membuat gerakan yang sifatnya sosial.

"Di satu sisi memang ini adalah momen tidak hanya menanyakan apa yang bisa negara berikan kepada kita tetapi apa juga yang bisa kita berikan kepada negara ini di tengah covid-19."

"Karena ini merupakan pandemi sifatnya global. Semua juga terdampak akibat covid-19 ini. Jadi covid-19 ini memang ujian kemanusiaan buat kita samua untuk sama-sama berkontribusi melakukan aksi nyata yang menyentuh pada masyarakat yang terpuruk. Jadi kalau memang mau buat gerakan, buat gerakan yang konkrit," kata Imanuel. 

Apalagi, Imanuel melanjutkan, dalam aksi KAMI tersebut tampak saling berhimpitan di tengah pandemi tanpa memperhatikan protokol kesehatan. 

Padahal, ujarnya, keselamatan yang menjadi prioritas pada situasi saat ini, namun sangat disayangkan justru diabaikan demi kepentingan-kepentingan yang sifatnya politis. 

"Ini justru malah kontradiktif dengan protokol atau protap pemerintah yang dikeluarkan, termasuk protokol dari Gubernur DKI yang memperpanjang PSBB transisi," ucapnya. 

"Sangat disayangkan dimana tokoh-tokoh yang seharusnya memberikan contoh kepada kita, kepada mahasiswa, bukan justru sebaliknya. Justru malah ini, yang namanya gerakan yang katanya menjadi gerakan moral, malah ini mengabaikan moral itu sendiri bahwa mereka tidak memprioritaskan keselamatan simpatisan-simpatisan yang hadir pada deklarasi tersebut," pungkas Imanuel. 

Sebelumnya, KAMI menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah, diantaranya menuntut pemerintah bersungguh-sungguh menanggulangi pandemi covid-19. (J-1) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Aries
Berita Lainnya