Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Wapres: Masih Banyak Masyarakat Indonesia Antisains

Emir Chairullah
19/8/2020 16:07
Wapres: Masih Banyak Masyarakat Indonesia Antisains
Wakil Presiden Ma'ruf Amin(Dok Setwapres)

WAKIL Presiden Ma’ruf Amin menyesalkan masih adanya kecenderungan sejumlah kelompok masyarakat di Indonesia yang antisains. 

“Kelompok ini masih mempercayai hal-hal yang berbau konspirasi dan tidak menggunakan logika berpikir kritis dalam menganalisis suatu fenomena,” kata Wapres saat membuka acara Forum Cendekia Kelas Dunia Tahun 2020 melalui video conference, Rabu (19/8).

Baca juga: RUU Cipta Kerja, Pemerintah dan DPR Akomodasi Semua Pihak

Ma’ruf mencontohkan praktik yang dilakukan kelompok masyarakat antisains tersebut di era pandemi Covid-19 saat ini. Kelompok ini kenyataannya masih tidak percaya dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga mengabaikan pesan pemerintah dalam melakukan berbagai upaya pencegahan. 

“Sayangnya, beberapa kelompok tersebut justru mendapat publikasi yang luas,” sesalnya.

Karena itu, tambah Ma’ruf, dirinya meminta kepada para cendikia yang mengikuti forum tersebut untuk mengedukasi dan memberi pemahaman yang intensif terhadap peranan sains dan ilmu pengetahuan bagi kehidupan. 

“Tugas kita semua, termasuk para anggota forum cendekia yang hadir pada hari ini untuk bersama-sama meluruskan hal-hal tersebut. Sains dan ilmu pengetahuan harus menjadi nafas dalam kehidupan sehari-hari dengan tentu saja dibarengi dengan pemahaman agama yang baik serta kepekaan sosial sehingga sains dan ilmu pengetahuan menjadi berkah bagi umat manusia,” ujarnya.

Ma’ruf berharap forum ini bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam riset dan inovasi sejak dini. Pasalnya, selama ini riset dipandang sebagai sesuatu yang rumit dan kompleks, sehingga tidak menarik.

“Padahal, sesungguhnya riset dapat dilakukan siapa saja. Riset sudah harus diperkenalkan sejak dini dengan mendorong rasa ingin tahu anak-anak kita agar kelak inovasi dapat menjadi bagian dari gaya hidup mereka,” jelasnya.

Ma’ruf mengakui Indonesia saat ini masih mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan banyak negara lainnya dalam hal inovasi. Menurut Data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia. Sedangkan posisi Indonesia di ASEAN, peringkat inovasinya ada di posisi kedua terendah di atas Kamboja. 

“Bandingkan dengan Singapura (peringkat ke-8) dan Malaysia (peringkat ke-35) yang ekonominya berbanding lurus dengan budaya inovasinya,” ungkapnya.

Karena itu, tambah Ma’ruf, pemerintah dan kaum cendekia perlu terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan tanah air. Terkait dengan hal ini, pemerintah menaruh perhatian besar terhadap kesesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. 

“Kita harus terus melakukan upaya link and match antara pendidikan dengan industri dan masyarakat melalui berbagai kolaborasi termasuk dalam pengembangan riset-riset terapan yang aplikatif bagi masyarakat,” jelasnya.

Baca juga: Komisi I: Pendidikan Bela Negara Bukan Pendidikan Militer

Selain itu, Ma’ruf meminta para cendekia perlu terus memperluas jejaring riset dan inovasi melalui kerjasama antar universitas, antar lembaga riset, termasuk juga antar individu ilmuwan, baik secara domestik apalagi secara internasional. 

“Saya bergembira karena forum cendekia kelas dunia tahun 2020 telah melibatkan berbagai ilmuwan diaspora dari berbagai penjuru dunia untuk saling berdiskusi mengenai isu-isu yang tengah dihadapi oleh dunia. Langkah ini sangat positif untuk memperkuat jejaring riset dan inovasi kita,” pungkasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya