Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Stabilitas Keamanan Kawasan Indo Pasifik Perlu Dijaga

Golda Eksa
08/7/2019 14:22
Stabilitas Keamanan Kawasan Indo Pasifik Perlu Dijaga
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (tengah) menjawab pertanyaan dari wartawan di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (12/6/2019).(ANTARA)

FORUM Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2019 menjadi sangat penting untuk menguatkan komunikasi dan dialog interaktif yang produktif, khususnya dalam mencari kesamaan pandangan guna mengatasi pelbagai persoalan yang berpotensi mengganggu stabilitas dan keamanan di kawasan.

Demikian dikatakan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, disela-sela acara IIDSS 2019 di Jakarta, Senin (8/7). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Universitas Pertahanan itu mengusung tema Enhancing Defense Cooperation to Deal with Terrorism, Cyber Threats and Natural Disaster.

Baca juga: Ketua DPR Minta Jokowi Pertimbangkan Amnesti Baiq Nuril

Menurut dia, tiga topik yang dibahas, yaitu terorisme, siber, dan bencana alam, merupakan isu penting karena ancaman tersebut terus terjadi. "Kenapa penting? Karena mengatasi itu tidak bisa sendiri-sendiri. Harus bersatu," ujarnya.

Kawasan Indo Pasifik, sambung dia, terus berevolusi menjadi parameter terbentuknya tatanan peradaban dunia yang baru. Itu dapat pula dimaknai sebagai peradaban yang mulia, seperti terwujudnya masyarakat kawasan yang aman, makmur, dan sejahtera atau sebaliknya menjadi peradaban yang mundur ke belakang dan kontraproduktif.

Beberapa kekuatan yang dapat merealisasikan kawasan Indo Pasifik menjadi suatu peluang terbentuknya tatanan dunia maju, sejahtera, dan aman sangat ditentukan oleh bagaimana negara-negara kawasan dan negara-negara besar melihat Indo Pasifik.

Tiap negara, sambung dia, pasti punya kepentingan strategis. Namun, pada dasarnya kepentingan strategis masing-masing juga memiliki tujuan sama, yaitu menyejahterakan rakyatnya dan menciptakan rasa aman, serta terus melakukan pembangunan demi kemajuan bangsa dan negara.

"Kesamaan ini merupakan peluang untuk seluruh negara mengambil manfaat dari kekuatan Indo Pasifik dengan membangun suatu tatanan dunia yang baru yang lebih mengarah kepada pembentukan kesejahteraan dan keamanan dunia, terutama yang lebih mengedepankan kekuatan hati dan meninggalkan ego sektoral atau egonya masing-masing." tandasnya.

Ada tiga dimensi ancaman utama yang harus dihadapi secara bersama-sama. Pertama, ancaman belum nyata atau ancaman tradisional yang kecil kemungkinannya terjadi. Walaupun demikian ancaman tersebut harus segera diselesaikan dengan membesarkan persamaan dan memperkecil perbedaan.

Ancaman kedua ialah ancaman nyata yang tediri dari terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran eilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan Intellijen, serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

Sementara ancaman yang paling berbahaya, terang Ryamizard, yaitu ancaman mindset seperti perebutan pengaruh yang lebih bersifat ideologis. Apalagi jika mengatasnamakan agama dan mengancam kawasan Indo Pasifik dengan adanya konsep khilafah.

"Ancaman mindset ini terus berupaya secara sistematis, terstruktur, dan masif untuk memengaruhi komunitas masyarakat di kawasan," kata dia.

Oleh karena itu, sambung dia, kesamaan cara pandang di dalam menghadapi ancaman bersama itu menjadikan kekuatan bagi kawasan untuk terus bersatu dan berkolaborasi. Misalnya, dengan budaya membangun persamaan yang saling menghormati, saling percaya, dan tidak mencampuri urusan masing-masing negara.

Senada dikemukakan Rektor Universitas Pertahanan Letjen Tri Legionosuko. Menurut dia, 3 dari 8 isu ancaman nyata yang dibahas dalam forum IIDSS 2019 diakuinya paling menonjol, terutama terkait bencana alam.

"Kita memang negara yang potensi sumber daya alamnya banyak. Tapi kita harus sadar bahwa kita berada di daerah yang rawan bencana alam. Nah, kita berharap kita semakin tahun paham bagaimana menghadapi itu. Artinya, tidak hanya selalu kita mendengar banyak korban," tukasnya.

Baca juga: Ketemu JK, Cak Imin Akui tak Bahas Menteri

Tri membeberkan, dari forum itu diharapkan muncul pandangan dan saran dari perwakilan negara-negara terkait upaya mengurangi resiko bencana dan mengurangi banyak korban.

"Demikian juga masalah terorisme dan siber. Ini dua hal yang tidak terpisahkan dan terus digunakan. Untuk apa? Untuk melemahkan kita. Kita sudah punya Pancasila. dan mindset kita dilemahkan dengan cara itu. Supaya apa? Supaya cerai berai seperti dulu. Kita ingin tetap menjadi bangsa yang benar-benar satu," tandasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya