Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
WAKIL Ketua Umum Gerindra Fadli Zon merespons pernyataan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut Fadli, SBY terlalu terbawa perasaan karena merasa dirinya diintimidasi.
"Setiap politisi apa pun yang dilakukan pasti ada kelompok yang suka ada kelompok yang tidak suka. Jadi enggak usah baperlah kalau di-bully itu," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Selasa (28/5).
Ia membandingkan SBY dengan dirinya, yang setiap hari mendapat perundungan. Fadli tidak masalah dengan hal itu, ia tidak marah dan baper.
Pasalnya, Fadli memahami profesi politisi akan berhadapan langsung dengan perundung. Mereka yang tidak suka tentu akan mem-bully politisi.
"Yang namanya politisi dalam mengambil sikap pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Yang tidak suka pasti mem-bully yang suka pasti menerima," kata dia.
Baca juga: SBY Bicara Soal Pertemuan AHY dan Jokowi
Lebih lanjut Fadli menyadur riwayat nabi-nabi. Dalam mengajarkan agama Islam, mereka kerap mendapat cacian atau bahkan hinaan. Tidak jarang perlakuan kasar pun diterima.
"Bahkan Nabi Muhammad dulu pernah ditimpuki batu oleh kelompok kaum kafir, Nabi Isa juga demikian, nabi nabi lain, biasa aja. Itulah manusia," sebut Fadli.
SBY sebelumnya mengaku anaknya mendapat ejekan usai pertemuan dengan Jokowi. Komandan Kogasma itu dirundung atau bully secara sadis dan kejam.
Menurut dia, dari pola serangan itu, dirinya tahu dari kelompok mana serangan sengit itu berasal. Hal itu akibat perbedaan sikap Demokrat dengan pihak tertentu.
“Memang ada yang bersikap tabu dan dilarang keras pihak 02 berkomunikasi dengan pihak 01 atau sebaliknya. Barangkali ada yang bersumpah tidak akan berkomunikasi dan berkawan selamanya,” ujar SBY.
Dia mempersilakan apabila ada pihak yang berpendapat seperti itu. Demokrat berprinsip dalam kompetisi, ikhtiar dan perjuangan untuk menang harus dilakukan, tetapi setelah selesai tidak berarti harus putus hubungan selamanya. (Medcom/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved