Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Guru Besar UI: KPPS Meninggal Karena Masalah Kesehatan

Indriyani Astuti
13/5/2019 16:02
Guru Besar UI: KPPS Meninggal Karena Masalah Kesehatan
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Zubairi Djoerban(http://zubairidjoerban.org)

GURU Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Zubairi Djoerban menuturkan penyebab kematian mendadak ratusan penyelenggara pemilu antara lain karena masalah kesehatan.

Ia menuturkan dari hasil temuan Kementerian Kesehatan di sejumlah provinsi terdapat 13 penyakit penyebab antara lain gagal jantung dan stroke yang paling dominan.

Dijelaskan Prof. Zubairi, kelelahan bukan satu-satunya faktor pemicu seseorang meninggal mendadak. Melainkan ada faktor pencetus lain yakni penyakit seperti hipertensi, diabetes atau penyakit kardiovaskuler lain. Pencetus lainnya, imbuh dia, dehidrasi, dan stress.

" Kelelahan memicu orang yang sudah punya penyakit jantung yang tidak bergejala tapi bisa lebih berat bagkan mengakibatkan kematian.  Misalnya orang sakit jantung begitu kena beban menjadi gagal jantung," terangnya dalam acara diskusi publik bertema "Membedah Persoalan Sebab Kematian Mendadak Petugas Pemilu dari Prespektif Keilmuan" di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, pada Senin (13/5).

Baca juga: Wapres: Tuduhan KPPS Meninggal Karena Diracun itu Berlebihan

Selain itu, bekerja melebihi batas juga biaa mengakibatkan serangan jantung dan stoke. Ia menyontohkan di Jepang, negara yang menerapkan jam kerjanya paling banyak, sebagian besar pekerja diketahui meninggal karena serangan jantung dan stoke akibat dari stress dan kelaparan.

Saat ini Kementerian Kesehatan tengah melakukan audit medis terhadap petugas pemilu yang meninggal di rumah sakit. Sedangkan bagi petugas pemilu yang meninggal di rumah, dilakukan otopsi verbal atau wawancara dengan anggota keluarga.

Menurut Prof. Zubairi investigasi kematian penting dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian seseorang meninggal mendadak. Catatan itu dibutuhkan untuk sistem pencatatan kependudukan. Selain itu juga untuk

klaim asuransi, pembayaran kompensasi kematian sewaktu bekerja, dan kemungkinan keracunan. Terkait kemungkinan keracunan, ia mengatakan hal itu hampir tidak mungkin terjadi.

"Saya rasa kemungkinannya amat kecil dan harus dibuktikan. Alasannya Indonesia begitu luas dan petugas pemilu yang meninggal bertahap. Itu tidak bisa dijawab selain dengan toksikologi forensik," tuturnya.

Guna mencegah kejadian serupa terjadi pada pemilu mendatang, Prof. Zubairi menganjurkan adanya uji saring fisik serta tes psikologi psikiatri bagi calon petugas pemilu mengingat hasil dari investigasi Kementerian Kesehatan dan pihak terkait menunjukan penyebab kematian paling banyak karena gagal jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya.

"Ini kan bisa dicegah," ucapnya.

Pencegahannya, kata dia, melalui skrining kesehatan calon petugas. pemilu dan pengaturan jam kerja yang tidak memberatkan. Hal itu yang ia anggap belum dikerjakan pada pemilu 2019 ini. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan berdasarkan laporan tim satuan tugas di 17 provinsi pada Minggu 12 Mei 2019 pukul 18.00, diketahui 445 petugas pemilu meninggal dan 10.007 petugas sakit.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya