Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Ruang Diskusi Publik di Kampus Perlu Diperbanyak

(Gol/P-1)
12/5/2019 04:40
Ruang Diskusi Publik di Kampus Perlu Diperbanyak
Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Niam (kanan), Ketua Umum PB HMI Saddam Jihad (tengah), dan Hasanuddin Ali(MI/RAMDANI)

MELAMBANNYA peran kaum muda dalam wilayah politik dan partisipasi publik harus segera dicari solusinya.

Salah satu upaya membangun optimisme itu ialah dengan memperbanyak ruang diskusi publik di kampus-kampus.

“Ruang-ruang untuk merang­kul anak muda ke wilayah kultur kebudayaan, kebangsaan ini yang harus dimunculkan lagi,” ujar Ketua Umum PB HMI Saddam Jihad di sela-sela diskusi Pemuda Mana Suaramu, di Jakarta, Sabtu (11/5).

Menurutnya, semua pihak termasuk pemerintah dan parpol harus punya kesamaan paradigma dan frekuensi tentang apa yang dimaknai suara anak muda.

Itu karena sejauh ini ruang publik mendikotomi bahwa pengabdian sosial menjadi tidak terlihat dengan adanya ruang-ruang politik.

“Ketika pengabdian sosial diintimidasi oleh argumentasi-argumentasi politik ini akan berbahaya. Namun, kita harus mengapresiasi bahwa anak muda tidak senyap sebetulnya, real di masyarakat. Oleh karena itu, kita harus membangun optimisme anak muda. Artinya, ruang publik harus diisi oleh kepemimpin­an anak muda.”

Ketua Umum GMNI Robayatullah Kusuma Jaya menambahkan sikap kritis mahasiswa dan pemuda masih ada hingga hari ini.

Hanya ruang gerak sebagai faktor utama yang membedakan perjuangan mahasiswa dulu dan sekarang.

Di era digitalisasi, terang dia, mahasiswa cenderung menyampaikan aspirasi dan nalar berpikirnya via media sosial dan bukan turun ke jalan, seperti yang selalu dilakukan mahasiswa dan pemuda di era sebelumnya.

“Dengan aktifnya bermedia sosial, berteknologi, justru ini akan memberikan sumbangsih positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena dengan memberikan pemahaman melalui medsos, ini saya rasa akan lebih cepat persebaran informasinya,” katanya.

Apabila realitasnya pemuda dan mahasiswa dianggap tak acuh terhadap politik, sambung dia, persoalan tersebut tentu menjadi bahan kritik kepada parpol dan elite politik yang ternyata kurang gencar memberikan pendidikan politik di dunia kampus.

“Contoh, pendidikan politik hanya diberikan jelang pesta demokrasi, itu menjadi catatan. Tidak pernah pendidikan politik diberikan di luar jadwal, yakni pesta demokrasi di mulai. Itu jarang kita temukan,” pungkasnya. (Gol/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik