Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Fenomena Radikalisme tidak hanya terjadi pada agama Islam

Thomas Harming Suwarta
24/4/2019 22:40
Fenomena Radikalisme tidak hanya terjadi pada agama Islam
Diskusi dan bedah buku tentang deradikalisasi di Universitas Kristen Indonesia, Kamis (24/40(MI/Adam Dwi)

FENOMENA radikalisme tidak hanya terjadi pada agama islam tetapi juga pada agama-agama lain termasuk Yahudi, Hindu, Buddha dan Kristen.

Hal itu ditegaskan Dekan FISIPOL Universitas Kristen Indonesia (UKI) Angel Damayanti dalam diskusi dan bedah Buku “Deradikalisasi: Kontra Radikalisme & Deiideologisasi” di Kampus UKI, Cawang, Jakarta, Rabu (24/4).

"Kalau kita cermati. Bahwa fenomena radikalisme tidak hanya ada pada agama islam tapi juga agama lain non muslim. Khusus untuk radikalisme non Muslim di Indonesia, terjadi sebagai upaya mempertahankan diri atau membalas dendam dan tidak berniat mengganti ideologi Pancasila. Itu saja bedanya," kata Angel.

Ia menjelaskan, dengan model seperti ini penanganannya menjafi berbeda yaitu bisa melalui pendekatan sosial budaya dan pendekatan hukum.

"Meskipun pemerintah juga perlu mengawasi adanya aliran-aliran gereja yang fundamentalis dan evangelistik yang berpotensi menimbulkan ketegangan dalam kerukunan hidup umat antar agama dan intra agama Kristen itu sendiri," jelas Angel.

Baca juga : Terorisme Ancaman Nyata yang Memengaruhi Keutuhan Bangsa

Pada kesempatan yang sama Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Noorhaidi Hasan menegaskan pentingnya pelibatan civil society dalam melakukan deradikalisasi dan kontra radikalisme.

"Bahkan itu menjadi kunci keberhasilan pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia," tegas Hasan.

Staf Ahli Menkopolhukam Sri Yunanto, menjelaskan, sejak adanya UU Terorisme No 5/2018, ada pergeseran strategi yang sebelumnya lebih pada pendekatan law enforcement dan penindakan, maka saat ini pemerintah lebih menitikberatkan pada strategi soft approach berupa pencegahan dan deradikalisasi.

"Ini menurut kami yang harus dikedepankan daripada langkah penindakannya," pungkas Yunant0. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya