Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

BSSN Petakan Potensi Ancaman Siber Pada Pemilu Serentak 2019

Thomas Harming Suwarta
27/3/2019 19:00
BSSN Petakan Potensi Ancaman Siber Pada Pemilu Serentak 2019
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi(MI/Adam dwi putra)

KEPALA Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi memaparkan Potensi Ancaman Siber Pada Pemilu Serentak 2019. Hal itu diungkapkan Djoko dalam Rapat Koordinasi (Rakornas) Bidang Kewaspadaan Nasional Dalam Rangka Pemantapan Penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Ballroom Grand Paragon Hotel, Jakarta, Rabu (27/03).

“Serangan Siber merupakan serangan yang spectrum dan dampaknya luas bahkan bisa melumpuhkan suatu bangsa. Sejak Pemilu 2004 serangan siber kerap kali mewarnai pelaksanaan Pemilu, tak terkecuali dengan Pemilu 2019 ini. Oleh karenanya kita harus bisa antisipasi hal ini,” kata Djoko.

Baca juga: Bawaslu: Politik Uang Buat Publik tak Percaya Proses Pemilu

Sejak Pemilu 2004, target serangan siber mengalami perluasan. Tak hanya mengarah pada infrastruktur berupa Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), serangan juga menyasar langsung pada Peserta Pemilu. Oleh sebab itu, BSSN memetakan serangan siber yang menjadi tren pada Pemilu 2019.

Pertama; Hack (Peretasan). Peretasan adalah serangan yang bertujuan mengganggu infrastruktur yang digunakan dalam Pemilu. Banyak cara yang dilakukan para Hacker/peretas, seperti dengan meretas web penyelenggara Pemilu.

“Tren yang pertama adalah peretasan, biasanya dilakukan dengan meng-hack web KPU atau penyelenggara Pemilu, misalnya dengan mengganti halaman utamanya, dan lain sebagainya,” kata Djoko.

Kedua; Leak. Leak adalah serangan yang berkaitan dengan pembocoran informasi.

Leak ini serangan yang targetingnya peserta Pemilu atau peserta kampanye dengan menargetkan data peserta yang bersifat privat untuk dicuri dan dimanfaatkan untuk pihak tertentu,” ungkap Djoko.

Ketiga; Amplify. Amplify adalah serangan untuk memviralkan informasi.

“Serangan ini digunakan untuk menyerang peserta Pemilu atau yang mengarah pada kampanye hitam untuk menjatuhkan lawan dengan bukti kekuarangan atau keburukan".

Djoko mengungkapkan, untuk menghadapi tiga serangan tersebut, BSSN memiliki tiga strategi yang harus dilakukan secara simultan, yaitu Penguatan Keamanan Aplikasi Penyelenggara Pemilu; Penguatan Infrastruktur Teknologi Informasi KPU; dan Edukasi dan literasi kepada pihak yang terlibat langsung dalam Pemilu.

Baca juga:SandiwaraUno Kembali Terbongkar, TKN Kasihan pada Sandiaga

Diakhir, Djoko meminta kolaborasi dan kerjasama semua pihak untuk turut serta menyukseskan Pemilu Serentak 2019 yang tinggal menghitung hari menuju 17 April 2019.

“Kami mengimbau marilah kita bersama menuangkan semua kemampuan kita untuk menjaga, mengamankan pesta demokrasi. Kita akan bisa melaksanakannya secara tertib, aman, nyaman, jika berkolaborasi bersama,” pungkasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya