Darurat Narkoba Tidak Tercermin dalam Kebijakan Pemerintah

Ferdian Ananda Majni
15/3/2019 19:55
Darurat Narkoba Tidak Tercermin dalam Kebijakan Pemerintah
(MI/Galih Pradipta)

PEMERHATI Masalah Narkotika yang juga mantan Kabag Humas BNN Sulistiandriatmoko, mengatakan apabila dikatakan darurat narkoba pastinya dalam kondisi yang sangat spesifik dan perlu penanganan khusus, anggaran khusus sehingga program penangulangan narkoba juga secara khusus.

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah lebih serius dalam menindaklanjuti darurat narkoba tersebut.

"Jika dikatakan darurat, pastinya in line perlu penanganan cepat, penanganan khusus dan anggaran khusus. Dimana orang-orang yang dipekerjakan juga spesifik spelisasinya, alat-alat yang digunakan diperuntukkan untuk mengatasi itu dengan waktu tertentu," kata Pria yang akrab disapa Sulis, dalam diskusi #Kopitalkindonesia bertema "Narkoba di Pusaran Elite" di di Kayu Manis Coffee & Deli, Beverly Tower Apartement, Jalan RA Kartini No. 16, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Jumat (15/3).

Sulis menambahkan, seharusnya pemerintah bisa menentukan institusi mana saja yang berkompeten dalam menangani darurat narkoba tersebut. Apalagi kebijakan yang diterapkan selama ini belum menyentuh ke arah tersebut.

"Saya mengimbau dan menginspirasi jika kenyataan seperti itu, pemerintah hanya sebatas bersikap seperti itu kenapa tidak masyarakat saja yang mengunakan kekuatan untuk memberdayakan potensi yang ada dimasyarakat," terangnya.

Baca juga: Andi Arief Mulai Rawat Jalan di RSKO Jakarta

Sulis menyebut, pemerintah juga bisa mendorong masyarakat melakukan gerakan sosial anti narkotika. Tentunya, gerakan sosial itu bisa dilakukan oleh siapa pun tanpa harus bergantungan dengan pemerintah.

"Jadi sekecil apapun lakukan, movement. bagaimana bisa mengelorakan sosial movement bisa diterima masyarakat, berbuatlah sekecil apapun," terangnya.

Apabila kondisi itu diabaikan dan tidak menjadi perhatian pemerintah. Kata Sulis, angka peredaran dan pencandu narkoba di Indonesia akan terus meningkat. Dimana berdasarkan data BNN, pada tahun 2017 terdapat 1,4 ton peredaran sabu dan meningkat menjadi 4,6 ton pada tahun 2018.

"Itu baru satu jenis sabu saja, berapa kali lipat meningkat. Fakta lainnya, barang bukti yang berhasil disita oleh aparat penegak hukum hanya 20% dari total peredaran di masyarakat," lanjutnya

Sulis melanjutkan, apabila aparat berhasil menyita sabu sekitar 4,6 ton pada tahun 2018 berarti dalam kurun waktu yang sama terdapat 16,8 ton yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

"Itu fenomena gunung es yang selama ini berhasil ditangkap hanya dipucuk-pucukny saja, tetapi harus kita ingat bahwa korban narkotika itu Hidden Identity sengaja disembunyikan sehingga benar-benar hidden," paparnya.

Oleh karena itu, jika tidak ada penanganan khusus dan baik tentunya akan menjadi semakin memburuk dan menjalar kemana-mana hingga jumlahnya pun meningkat.

"Jika itu terjadi taruhannya adalah kelangsungan hidup bangsa, loss generation. Saya pikir tidak berlebihan menyoroti negara yang gagal menangani penyelahgunaan narkotika taruhannya itu loss generation. Bayangkan saja, makanan dan minuman sudah disusupi narkotika untuk kepentingan regenerasi pasar," pungkasnya.

Senada dengan Sulis, Founder Ronny Pattinasarany Foundation, Yerry Pattinasarany mengatakan komponen yang cukup kuat dan yang bisa menjamin kesembuhan para pencandu adalah keluarga

"Ketika saya terpapar narkotika, papa saya tidak minta pemerintah untuk bantu anaknya, yang dilakukan nya adalah sosial movemen dari kasih sayang orang tua," sebutnya.

Oleh karena itu, kekuatan dari masyarakat, kecintaan dari masyarakat untuk melawan narkoba harus ditingkatkan, tidak hanya dalam jangka waktu sementara.

"Setelah keluarga, peran masyarakat harus ditingkatkan karena sosial movement sangat penting dalam mencegah dan mengawasi peredaran narkoba," tuturnya.

Diketahui Media Indonesia menggelar diskusi #Kopitalkindonesia bertema "Narkoba di Pusaran Elite" dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, diantaranya pemerhati masalah narkotika Sulistiandriatmoko, Yerry Pattinasarany founder Ronny Pattinasarany Foundation dan Dewan Pakar Gerakan Nasional Anti Narkoba, Asep Iwan Iriawan.

Diskusi yang membahas spesifikasi terkait pemakaian narkoba di kalangan elite berkerja sama dengan Koperasi Komunitas Kopi Indonesia (KOKOPI), Most Radio, dan TV Desa di Kayu Manis Coffee & Deli, Beverly Tower Apartement, Jalan RA Kartini No. 16, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya