Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kartu Prakerja Solusi Bekerja

Micom
14/3/2019 12:53
Kartu Prakerja Solusi Bekerja
(MI/Palce Amalo)

PELATIHAN dan sertifikasi penting diberikan kepada anak-anak muda sehingga tidak gagap dalam menghadapi industri 4.0. Pasalnya, perubahan dinamis dunia usaha ikut mendorong perubahan perilaku konsumen.

“Sekarang orang beli makanan pakai aplikasi ojek online. Tanpa harus lagi datang ke restoran. Gardu tol sudah tidak ada yang jaga. Kita tinggal tap uang elektronik. Di gardu tol isinya orang-orang untuk maintenance sistem gardu tol otomatis bekerja optimal. Ini perubahan yang harus dihadapi,” kata Tenaga Ahli Muda Kantor Staf Presiden Aditya Syarif dalam diskusi Rabu Satu bertema Ketenagakerjaan Menuju Industri 4.0, Jakarta, Rabu (13/3).

Melihat hal itu, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyiapkan program Kartu Prakerja sebagai solusi menghadapi industri 4.0. Kartu Prakerja jangan dimaknai sebagai bentuk negara membiayai hidup pengangguran. Justru dengan kartu tersebut, calon pekerja bisa meningkatkan kemampuan untuk bekal memulai usaha.

Titik fokus kartu prakerja, lanjut Aditya, peningkatan kompetensi dan keahlian tenaga kerja Indonesia. Jangkauannya pun cukup luas, mulai dari fresh graduate, pekerja muda, pekerja senior, hingga para pekerja yang terkena PHK karena perubahan kebutuhan industri.

"Melalui kartu ini akan diberikan pelatihan dan sertifikasi gratis bagi peserta yang ingin meningkatkan keahlian. Ada biaya penyangga hidup selama mengikuti pelatihan. Uji coba kartu akan segera dilakukan dengan peserta sebanyak 20 ribu tenaga kerja yang terkena PHK," tutur Aditya.

Baca juga: Kartu Prakerja Solusi Jangka Panjang

Pentingnya peningkatan keahlian juga ditekankan Tokoh Muda Jawa Barat Imam Malik. Agar bangsa Indonesia menjadi negeri para juara, perlu ada perbaikan yang berkelanjutan di bidnang pendidikan. Sehingga anak didik memiliki bekal pengetahuan dan keahlian yang sesuai perkembangan zaman.

“Siklus kehidupan seperti itu dan akan terus berulang. Dulu dunia industri berkembang dari alat-alat tradisional, terus menggunakan mesin, lanjut menggunakan komputer. Kini berbasis internet,” kata Imam Malik.

Selain itu, diperlukan juga pengembangan generasi muda. Pemimpin mendorong regenerasi sehingga generasi muda siap bertarung menghadapi perubahan dunia. Pun dengan spesialisasi pekerjaan, ujar Malik, sangat penting dan bermula dari sistem pendidikan yang bisa mengasah potensi siswa sesuai minat dan bakat.

"Sehingga generasi muda tidak hanya terserap di dunia kerja tetapi mampu berkembang menjadi wirausaha. Mereka harus diberi motivasi baik dari orangtua, sekolah, juga pemerintah," ungkapnya.

“Jika diasah dengan benar, dia akan terbang dengan keunikan tersebut. Teman saya suka batik, tapi dia juga suka komputer. Dia kembangkan aplikasi untuk mendesain batik pakai komputer. Karena Indonesia butuh lebih banyak wirausahawan untuk menjadi negara maju,” sambungnya.

Salah satu pengusaha muda Jawa Barat Dadang Tri sangat mengapresiasi kebijakan pembangunan periode pertama Joko Widodo. Sebab, pengusaha lokal diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur.

Dadang melihat Jokowi mempunyai visi-misi yang unggul dan berorientasi pada masa depan bangsa. Setelah hak-hak dasar rakyat terpenuhi melalui pembangunan infrastruktur, fokus pembangunan beralih ke peningkatan kualitas SDM.

“Program Jokowi sudah tepat tinggal dilanjutkan ke peningkatan kualitas SDM kita. Karena ini yang dibutuhkan menghadapi industri 4.0," tukas Dadang.  

Sementara itu, Pakar Ekonomi Rabin Hattari menyampaikan industri 4.0 jangan dilihat sebagai ancaman. Justru, harus menyikapinya sebagai pemicu untuk memperbaiki diri dan meningkatkan daya saing.  

Rabin mengungkapkan, terdapat tiga aspek dalam meningkatkan daya saing suatu negara. Pertama, menciptakan efisiensi dan efektivitas proses birokrasi. Hal ini sudah berjalan di periode pertama Jokowi melalui program reformasi birokrasi.

Kedua, akselerasi pembangunan infrastruktur yang memadai untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi biaya logistik serta waktu perjalanan. Sekarang, Indonesia telah memiliki banyak pelabuhan, bandara, serta jalan yang membuka akses arus barang dan orang. Ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan.

Ketiga adalah peningkatan kualitas SDM yang menjadi fokus Jokowi-Amin ke depannya.

“Indonesia sudah berada di jalur yang benar di era Jokowi. Karena ketiga hal ini telah menjadi fokus pembangunan Jokowi-Amin,” jelas Rabin.(RO/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya