Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
SETELAH sebelumnya menyindir politikus yang tak beretika dengan sebutan sontoloyo, kali ini Presiden Joko Widodo melontarkan istilah politik genderuwo. Itu untuk menyindir cara berpolitik yang kerap menyebarkan propaganda untuk menakut-nakuti masyarakat.
“Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan. Itu namanya politik genderuwo, menakut-nakuti,” ujar Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada penyerahan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Tegal, Jawa Tengah, kemarin (Jumat, 10/11/2018).
Jokowi mengingatkan, di tahun politik ini banyak politikus yang pandai memenga-ruhi, tetapi menanggalkan etika politik dan tidak menggunakan sopan santun.
Presiden meminta cara-cara seperti itu dihentikan karena pada kenyataannya masyarakat dalam keadaan baik-baik saja.
“Masyarakat senang, kok ditakut-takuti,” tandasnya.
Jokowi meminta politisi memberi contoh cara berdemokrasi yang baik kepada masyarakat. Kontestasi politik seperti pilkada ataupun pilpres harus membawa ke-gembiraan dan optimisme kepada masyarakat.
“Masyarakat dengan kematangan politiknya memberikan suara dengan memilih jernih dan rasional. Kita harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik dengan cara-cara seperti itu,” ujar Presiden.
Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Ari Junaedi menilai sindiran Presiden itu ditujukan kepada politisi yang kerap melempar pernyataan tanpa basis data yang kuat. “Yang menjadi sorotan Jokowi ialah politisi yang mengomentari sesuatu lebih banyak menggunakan emosional, tidak berbasis pada data,” ujarnya.
Politisi tersebut, sambung Ari, kerap melempar komentar menjual ketakutan. Misalnya, mereka menggambarkan negara tengah di ambang kehancuran saat rupiah melemah hingga 15.000 per dolar AS.
“Namun, begitu rupiah menguat, mereka ini diam-diam saja. Sama seperti genderuwo, kadang muncul, kadang tidak,” tandasnya.
Bangkitkan optimisme
Juru bicara Tim Kampanya Nasional Jokowi-KH Ma’ruf Amin, Arya Sinulingga, mengatakan politik genderuwo merupakan bahasa lain dari firehose of falsehood, sebuah istilah asing yang belum tentu awam bagi masyarakat. Jokowi membumikannya menjadi politik genderuwo.
Dengan menyebut itu, Jokowi ingin membangkitkan optimisme dan keberanian rakyat Indonesia. “Bahwa rakyat jangan mau ditakut-takuti. Ini seperti, ada orang yang menakut-nakuti, ja-ngan lewat jalan itu karena ada genderuwo di sana. Pak Jokowi datang dan bilang jangan takut karena memang tak ada apa-apa di sana sebenarnya. Jadi, jangan mau ditakut-takuti, mereka tak bicara fakta, hanya bluffing.”
Dalam konteks lebih luas, lanjut Arya, pernyataan Presiden itu juga sebagai peringatan kepada semua pihak yang suka memakai politik genderuwo. Wujud politik genderuwo ialah suka menghantui, menakut-nakuti, membuat seakan-akan ada situasi mengerikan.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade, menilai istilah politik genderuwo yang dilontarkan Presiden Jokowi tak cocok diungkapkan di era milenial.
Menurut Andre, rakyat saat ini lebih takut dengan kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu. “Ini kan era milenial. Masak masih saja bawa-bawa genderuwo? Apalagi genderuwo ini kan hanya mitos,” katanya. (Ins/JI/X-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved