Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
DIREKTUR Wahid Foundation Yenny Wahid mengungkapkan daya kritis yang melekat dalam diri mahasiswa perlu ditingkatkan dalam menangkal paham radikalisme di ranah kampus. Daya kritis mesti dioptimalkan khususnya dalam memilah informasi secara berimbang dan utuh.
"Mereka harus tahu yang sedang dikaji itu apa, informasi yang sedang digali itu apa. Lalu bandingkan dengan kajian-kajian serta informasi lainnya. Jadi enggak setengah-setengah, itu yang bahaya," ujar Yenny dalam diskusi bertajuk "Melawan Teror: Dari Kampus Menyebar Damai" di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (23/5).
Ia menilai era banjir informasi saat ini memang rentan dijadikan alat dalam penyebaran isu intoleransi yang menjadi pangkal radikalisme. Hoaks dan ujaran kebencian dijadikan penggerak intoleransi dan disebarkan begitu cepat melalui konten-konten media sosial.
Sifat karakter mahasiswa yang cenderung sedang mencari jati diri memang dinilainya sangat rentan untuk terpapar. Oleh karena itu memahami secara utuh sebuah informasi menjadi cara bagi mahasiswa untuk melihat suatu fenomena dengan lebih komperhensif.
"Jadi saya berharap kampus mampu mengkonter paham-paham radikalisme lewat daya kritis mahasiswa dalam mencerna, baik itu informasi atau ilmu-ilmu yang tengah ia geluti," ujarnya.
Senada dengan Yenny, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdul Moqsith Ghozali mengungkapkan radikalisme di kampus itu muncul disebabkan banyaknya mahasiswa yang ingin belajar ilmu keagamaan secara instan.
Padahal dalam mempelajari suatu ilmu khususnya tentang agama perlu adanya ketekunan serta waktu agar mampu mencernanya dengan utuh. Ia pun menekankan agar mahasiswa tidak secara mentah mencerna sebuah informasi yang mengarah kepada tindakan ujaran kebencian di media sosial atau forum-forum kajian.
"Kelompok-kelompok yang ingin belajar agama secara instan malah sangat rentan terpapar karena hanya melihat dari satu sudut pandang saja. Di situ sebenarnya pangkalnya. Mereka itu keliru membaca Alquran, Hadis, dan sejarah Islam," ungkapnya. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved