Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KETUA Umum PSI, Grace Natalie, mengakui pertemuan PSI dengan Presiden Jokowi merupakan inisiatif dari partainya, bukan semata undangan dari orang nomor satu di Indonesia itu. Pertemuan itu pun dimaksudkan
untuk menyampaikan aspirasinya kepada Presiden, mulai infrastruktur, UU MD3, persoalan kemiskinan, hingga problem korupsi maupun Intoleransi.
"Begitu marak aksi intoleransi dan juga korupsi yang eskalasinya makin parah menjelang pilkada dan pilpres. Hoaks muncul dan memanfaatkan isu-isu SARA dan sebagainya. Ini merusak demokrasi kita," kata Grace di Jakarta, kemarin.
Ia mengakui dalam pertemuan itu memang membahas soal dukungan PSI kepada Jokowi. Namun, menurutnya, hal tersebut merupakan suatu konteks pembahasan yang tidak terpisah saat membicarakan intoleransi dan hoaks jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.
"Kami mendukung proses demokrasi yang baik. Pak Jokowi terpilih lagi atau tidak, itu hal lain. Kita tidak ingin Jokowi diturunkan atau naik kembali dengan cara yang tidak bermartabat," tandasnya.
Grace juga menegaskan bahwa istana merupakan rumah rakyat sehingga siapa pun bisa diterima oleh Presiden di sana.
Oleh karena itu, menurut dia, PSI sebagai warga masyarakat juga bisa beraudiensi dengan Presiden.
Hal senada diungkapkan oleh Wasekjen PDIP Eriko Sutarduga. Ia menilai anggapan terkait adanya pertemuan antara Jokowi dan PSI tergantung pada sudut pandang orang atau kelompok yang melihat, termasuk jika ada yang menganggap hal itu ialah penyalahgunaan kekuasaan. Padahal, bukan.
"Bagaimana kalau kemudian yang datang itu Pak Prabowo ke Pak Jokowi, ada masalah? Kan tidak," ungkap Eriko.
Pernyataan PSI dan PDIP tersebut dilontarkan setelah muncul dugaan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Jokowi. Sebagai presiden RI, ia dinilai tidak sepantasnya mengun dang parpol tertentu ke istana karena akan menimbulkan preseden buruk bahwa ia tengah melakukan kampanye jelang Pilpres 2019.
Salah satu parpol yang berpikiran demikian ialah Partai Gerindra. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono, "Mengundang salah satu parpol dan membicarakan materi yang menurut saya absurd, kiat atau strategi pemenangan di 2019, itu aneh menurut saya.
Penyalahgunaan kekuasaan itu, abuse of power. Pak Jokowi sekarang memperlihatkan sikap yang kebelet sehingga beliau mengabaikan beberapa prinsip yang seharusnya sebagai presiden tak dilakukan," kata Ferry di Jakarta, kemarin.
Dia menuding, ada sebuah keistimewaan dari perlakuan Jokowi terhadap PSI. Sebab, Ferry mengaku telah mengetahui bahwa aktor di belakang PSI ialah Sunny Tanuwijaya, selaku orang dekat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Karena orang yang berada di belakang parpol itu memiliki kedekatan hubungan dengan Pak Jokowi karena ada Sunny," tudingnya. (Nov/P-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved