Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Calon Tunggal tidak Jamin Jokowi

Astri Novaria
04/3/2018 08:30
Calon Tunggal tidak Jamin Jokowi
(ANTARA/Muhammad Adimaja)

UPAYA menciptakan calon petahana Presiden RI Joko Widodo sebagai calon tunggal dalam Pilpres 2019 dinilai sebagai blunder karena Jokowi akan kalah jika melawan kotak kosong.

Hal itu dikatakan pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio dalam diskusi bertajuk Jokowi, Pilpres dan Kita di Warung Daun, Jakarta, kemarin.

Pernyataan itu disampaikan Hendri terkait hasil survei yang dirilisnya belum lama ini. "Jokowi akan selalu menang kalau melawan tokoh lain, seperti Prabowo dan Anies Baswedan. Namun, begitu ditanya pilpres hari ini siapa yang Anda pilih? Jokowi atau selain Jokowi, maka Jokowi akan kalah dengan kotak kosong," ungkap Hendri.

Menurutnya, hal ini harus disikapi oleh koalisi pendukung Jokowi di Pilpres 2019 mendatang bahwa calon tunggal belum menjamin melanggengkan Jokowi ke istana.

Tak hanya itu, dia juga menilai Jokowi menyadari elektabilitasnya terus turun dan membutuhkan PDIP untuk menaikkan elektabilitasnya.

Hendri mempertanyakan mengapa tidak dimunculkan tokoh baru untuk melawan Jokowi. Sampai saat ini, kata Hendri, Jokowi hanya berkompetisi dengan Prabowo.

"Sepertinya ada usaha sistematis untuk tetap memajukan Prabowo sebagai lawan Jokowi di Pemilu 2019. Kubu Jokowi sebetulnya sadar betul kalau lawan Prabowo, enak menangnya," tandasnya.

Selain itu, ia juga menganggap ada usaha sistematis untuk menjaga Jusuf Kalla tetap pada lingkaran Jokowi. "Supaya JK tidak bikin poros baru."

Dalam menanggapi hal itu, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Eriko Sotarduga menegaskan pihaknya tidak ada upaya menjadikan Jokowi sebagai capres tunggal di Pilpres 2019. Wacana calon tunggal itu, menurutnya, sangat sulit terwujud di Pilpres 2019. "Kenapa sangat kecil kemungkinannya untuk jadi calon tunggal? Apalagi, syarat parliamentary threshold (PT) empat persen," katanya.

Lebih lanjut, kata dia, ada tiga faktor yang menyebabkan terciptanya calon tunggal, yakni elektabilitas, syarat untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden minimum 20% di kursi DPR, dan kemungkinan besar terpilih.

Tiga poros
Eriko menyebut isu mengenai PDIP inginkan adanya calon tunggal ialah pemikiran yang mengada-ada. Justru dirinya malah yakin Pilpres 2019 nanti akan diikuti oleh tiga poros, yakni poros Jokowi, poros Partai Gerindra, dan poros Partai Demokrat. "Ini positif. Supaya belahannya tidak begitu dahsyat."

Ia mengungkapkan Partai Kebangkitan Bangsa juga telah menyampaikan melalui media akan meninggalkan koalisi bila ketumnya, Muhaimin Iskandar, tak dijadikan cawapres Jokowi. Artinya, ungkap dia, kecil kemungkinan terjadinya calon tunggal di Pilpres 2019 nanti. "Bisa saja nanti poros baru tercipta dimotori oleh PAN atau bisa saja oleh Demokrat," pungkasnya, kemarin.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantoro, yakin publik tidak ingin Jokowi kembali menjadi presiden di Pilpres 2019 mendatang. Pernyataan itu berlandaskan hasil survei sejumlah lembaga yang menyebut 60% masyarakat Indonesia menginginkan presiden baru pada Pilpres 2019.

Rujukan yang ia pakai ialah hasil pemilihan Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu yang menginginkan agar Basuki Tjahaja Purnama tidak lagi menjadi gubernur. Ferry lantas mengklaim Prabowo Subianto akan menjadi presiden baru melalui Pilpres 2019.

Terkait tiga poros dalam Pilpres 2019, Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh tidak mempermasalahkannya. "Itu namanya demokrasi, tidak masalah," ujarnya saat memimpin apel konsolidasi partai di Monumen Bajra Sandhi Denpasar, kemarin. (OL/X-4)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya