Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
KEPALA Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Wuryanto mengatakan amunisi senjata jenis stand alone grenade lancher (SAGL) yang dibeli Korps Brimob Mabes Polri mematikan karena merupakan amunisi tajam yang memiliki radius mematikan 9 meter dengan jarak capai 400 meter.
Keistimewaan amunisi itu ialah setelah meledak kemudian meledak lagi dan akan menimbulkan pecahan logam-logam kecil yang dapat melukai dan mematikan.
Bahkan, amunisi itu bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras senjata. “Ini luar bisa. TNI tidak punya senjata seperti itu,” kata Wuryanto.
Menurutnya, amunisi yang tergolong amunisi tajam ukurannya tidak sesuai standar. Bila mengacu pada Inpres No 9 Tahun 1976 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api, kaliber amunisi Brimob itu sudah masuk standar militer, yakni 5,56 mm.
Karena itu, amunisi SAGL tersebut sejak Senin (9/10) malam dipindahkan ke Mabes TNI, sedangkan senjata SAGL sudah diserahkan ke Polri. “Polri masih bisa menggunakan senjata SAGL, yang amunisinya diganti granat asap yang sesuai standar nonmiliter.”
Peryataan Wuryanto langsung ditanggapi Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran Bandung Muradi. Menurut Muradi, pernyataan Kapuspen TNI soal senjata yang diimpor Brimob dapat dilihat dari berbagai sudut. “Pernyataan tersebut kurang tepat untuk suasana saat ini yang baru saja sedikit reda karena komitmen pimpinan TNI dan Polri yang ingin mendinginkan suasana dan situasi politik yang sempat menghangat,” katanya.
Pernyataan itu juga tidak mencerminkan komitmen untuk bersama-sama mengupayakan penuntasan polemik senjata yang tengah ditegaskan Presiden Jokowi untuk segera mungkin diakhiri. Pernyataan itu berpotensi membangun polemik baru antara TNI dan Polri terkait dengan isu senjata ilegal dan senjata impor.
Sebagaimana diketahui, teknologi persenjataan mengalami kemajuan sangat cepat. Itu ditandai terciptanya varian-varian senjata yang lebih maju dan berteknologi tinggi. Hal sama juga terjadi pada senjata dan amunisi yang diimpor Brimob.
“Jadi amat wajar jika pernyataan Kapuspen TNI yang menegaskan bahwa amunisi SAGL belum dimiliki TNI karena cepatnya perkembangan teknologi industri persenjataan, yang bisa saja TNI belum memesannya atau bahkan industri pertahanan di Indonesia seperti Pindad belum memproduksinya. ‘’
Disudahi
Menhan Ryamizard Ryacudu meminta institusi yang terlibat polemik pembelian senjata membuang jauh ego demi menjaga keutuhan NKRI. “Sejak dulu saya selalu mengatakan kalau NKRI itu harga mati. Karenanya saya meminta institusi yang terlibat isu senjata harus membuang jauh-jauh egonya,” jelas Ryamizard seusai bertemu Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin, kemarin.
Menhan pun mengaku prihatin atas polemik itu karena menjadi tontonan publik.
Senada dengan Menhan, Ma’ruf juga menyarankan agar jalan dialog diutamakan untuk menyelesaikan persoalan yang tengah terjadi. (Faw/Ant/P-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved