Genre Menjadikan Remaja Berkarakter

Puput Mutiara
16/8/2017 11:46
Genre Menjadikan Remaja Berkarakter
(Dok.MI/Galih Pradipta)

GENERASI muda menjadi target penting dalam gerakan Revolusi Mental. Untuk itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat program yang disebut Generasi Berencana (Genre) yang menyasar kaum remaja usia 10-24 tahun. Tujuannya ialah agar dalam 10-20 tahun ke depan, mereka siap menghadapi tantangan bonus demografi.

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty berpendapat pada generasi muda yang saat ini berusia remaja dibebani tanggung jawab besar. Tanggung jawab tersebut bukan hanya untuk diri mereka, melainkan untuk keluarga dan bangsa Indonesia secara luas.

Karena itu, kata Surya, perlu ada wadah atau program yang bisa memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada para remaja tersebut.

“Melalui program Genre, kita ingin mengajak mereka (anak muda) merencanakan masa depan sebaik mungkin,” ujarnya kepada Media Indonesia di Jakarta, Selasa (8/8).

Salah satu yang harus dipahami, mereka harus memiliki karakter atau mental yang kuat. Terkait dengan karakter, hasil survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2012-2015 menyebutkan tren remaja berpacaran dengan perilaku seks pranikah terus meningkat.

Pada 2013, 5 dari 10 anak laki-laki pernah pacaran dan berhubungan seks pranikah. Angka itu naik signifikan menjadi 8 dari 10 pada 2014 hingga di tahun berikutnya terus meningkat sampai 9 dari 10 anak laki-laki yang pernah melakukan tindakan tidak terpuji, bahkan sampai melanggar hukum.

Hal itu ironis karena tidak sedikit kaum remaja yang belum mengetahui serta memahami dampak seks pranikah, seperti kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, kawin muda, ataupun sampai terserang HIV/AIDS. Belum lagi kehamilan remaja berisiko 4-5 kali lebih tinggi daripada kehamilan perempuan usia di atas 21 tahun.

“Untuk kasus AIDS sendiri, Kementerian Kesehatan mencatat pada tahun 2014 sebanyak 3,1% terjadi pada kelompok usia 15-20 tahun alias masih tergolong remaja,” tukasnya.

Tidak kalah miris, persentase angka pernikahan dini di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi, tepatnya berada pada posisi ke-37 di antara negara-negara di dunia atau tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Pada 2012, total kasus pernikahan dini mencapai 25% mencakup wilayah perkotaan dan perdesaan.

Dengan melihat beberapa fakta tersebut, pemerintah kian gencar mempromosikan program Genre untuk remaja, antara lain melalui upaya peningkatan akses dan kualitas dari Pusat Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) serta melakukan pemantauan, evaluasi, dan fasilitasi program bina ketahanan remaja.

“PIK R/M selain di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi juga kita kembangkan di kampung supaya remaja bisa saling belajar menjadi mentor ataupun pendidik konseling bagi sesamanya,” pungkas Surya. (Mut/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya