Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KALAU sudah bicara kuliner, hanya orang-orang yang tak doyan makan sajalah yang akan menghindar. Namun, coba tanyakan kepada mereka yang punya hobi berburu makanan. Pasti akan selalu dicari di mana pun berada.
Bisa jadi itulah yang mendorong pemangku kepentingan di Toraja, Sulawesi Selatan, untuk mengembangkan wisata kuliner halal. Targetnya jelas, membidik wisatawan lokal dan internasional (khususnya Timur Tengah) untuk mencicipi makanan khas di daerah ini.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan Musaffar Syah mengatakan, pengembangan kuliner halal memang mendesak mengingat banyak wisatawan muslim yang mulai melirik keberadaan lokasi wisata yang sempat besar pada medio 1990-2000-an.
“Kuliner halal memang harus secepatnya dikembangkan karena wisatawan yang berkunjung variatif. Kami harus menyiapkan dengan baik. Apalagi Toraja kembali difokuskan untuk dikembangkan,” kata Musaffar di sela kunjungan ke Tongkonan Lempe, pekan lalu seperti dilansir Antara.
Tongkonan Lempe merupakan rumah adat Toraja yang berada di ketinggian. Lokasi ini biasa disebut Negeri di Atas Awan karena jika pagi hari, awan berada di bawah Tongkonan yang tinggi menjulang.
Menurut dia, wisatawan dari Timur Tengah memang mulai melirik untuk wisata alam. Untuk itu, peluang tersebut harus bisa ditangkap Toraja yang saat ini sudah berkembang menjadi Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara.
“Tujuan wisatawan Timur Tengah saat ini mulai berbeda dan beda dengan generasi sebelumnya. Alam mulai menjadi sasaran. Itu yang harus kita tangkap dan dimaksimalkan. Apalagi infrastruktur mulai mendukung,” tambah Musaffar.
Toraja memang terbilang komplet. Di situ ada suguhan alam, kearifan lokal, eksotisme, dan tentunya kopi yang teramat sedap. Selama ini, kuliner halal yang dikelola kaum muslim mulai berkembang. Di beberapa titik di kota sudah muncul tempat makan halal yang mayoritas dikelola warga dari luar Toraja.
Perbaikan sarana
Perbaikan sarana dan prasarana memang sedang dikebut. Ungkapan yang tenar ialah, ‘dari tidur, bangun, tidur lagi, lalu bangun lagi, itu pun belum sampai’. Ungkapan yang menggambarkan perjalanan dari Makassar ke Toraja.
Untuk menikmati wisata di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, wisatawan harus menempuh perjalanan melelahkan dengan waktu tempuh lebih dari 7 jam perjalanan darat. Hanya saja, kelelahan dalam perjalanan itu bisa terbayar lunas ketika sampai di Toraja yang tersohor dengan kopi, panorama, dan kulturnya yang istimewa.
“Dengan wisata kuliner halal, kami harapkan tingkat kunjungan wisata bisa naik 40% dibandingkan tahun lalu. Pada 2016 tingkat kunjungan wisatawan baik lokal maupun internasional mencapai 60 ribu,” tambah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Toraja Utara Harli Patriatno.
Kuliner halal dipadu dengan suguhan kopi hangat sambil menyaksikan keindahan alam merupakan karunia Tuhan yang tak ada bandingannya. Cobalah untuk bertandang ke Kampung Lolai yang biasa dijuluki Negeri di Atas Awan. Spot sempurna untuk menikmati indahnya awan sembari menunggu matahari.
Mata kita akan dipuaskan dengan hamparan awan dari sebidang tanah lapang. Cuma hanya ada gulungan awan dan matahari yang muncul dari baliknya dengan sinar surya bersemu perak berpendar.
Atau mau mencoba berkunjung ke Lemo, Kabupaten Tana Toraja. Di sini kita bakal disuguhi kubur batu berpadu panorama hamparan sawah yang menghijau. Lemo merupakan kuburan yang dibentuk di dinding bukit dan awalnya diperuntukkan bangsawan suku Toraja. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved