Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PEMUDA adalah aset bangsa. Itu sebabnya dalam rangka memperingati HUT ke- 72 Indonesia, para aset bangsa itu diharapkan dapat bertanggung jawab untuk mengisi pembangunan. Mereka juga bisa melakukannya dengan cara berprestasi di bidang olahraga.
Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat berbincang-bincang dengan Media Indonesia, akhir pekan lalu. Menurut Imam, hari kemerdekaan sesungguhnya adalah momentum untuk melakukan refl eksi besarbesaran bagi seluruh pemuda di Tanah Air.
"Sesungguhnya fondasi untuk mengisi pembangunan sudah selesai dan tinggal bagaimana membuktikan bahwa kita jadi generasi berdaya saing, generasi yang bisa diberi kepercayaan, dan generasi yang bertanggung jawab terhadap masa depan atau generasi setelah kita sekarang," kata Imam.
"Karena itu, kemerdekaan sekarang ini, harus betul-betul dimaknai sebagai menciptakan sejarah baru bagi generasi 100 tahun setelah kita. Menurut saya, itu jadi sangat strategis, apalagi tema yang dicanangkan pemerintah adalah Kerja Bersama. Artinya, kita harus bahu-membahu mengisi kehidupan ini dengan memanfaatkan potensi yang ada dan memastikan bahwa kita yang bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia.
" Saat ini, menurut dia, peran pemuda sebenarnya sudah tampak. Hal itu bisa dilihat dari berbagai sektor. Banyak diantara mereka yang sudah menjadi pemimpin.
Bukan hanya itu, dibanyak sendi kehidupan, para pemuda sudah menjadi tulang punggung. Itu artinya keinginan untuk mengisi pembangunan sudah jadi kesadaran kolektif bagi anak muda.
Semua itu memang tidak lepas dari peran serta masyarakat yang ikut memberikan harapan dan tumpuan kepada pemuda untuk mengawal dan menyelamatkan serta menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kita bisa lihat sekarang banyak pemimpin daerah, seperti gubernur, bupati, dan bahkan presiden saat ini masih sangat muda jika dibanding sebelumnya dari sisi usia. Masyarakat sekarang betul-betul memberikan harapan dan tumpuan kepada pemuda Indonesia.
" Sebagai kementerian yang bersentuhan langsung dengan pemuda, menurut Imam, tanggung jawab mereka tentu sangat besar. Kemenpora bukan hanya harus punya program yang tepat untuk mengarahkan anak muda, melainkan juga menjadi pemersatu.
"Kemenpora tentu ada di posisi strategis. Apalagi dengan lahirnya Peraturan Presiden 66/2017 tentang Sinergi Pelayanan Kepemudaan. Kami punya tugas yang cukup signifi kan untuk mengoordinasi seluruh kebijakan-kebijakan terkait pelayanan kepemudaan. Karena yang kita tahu, mayoritas objek pembangunan dan kebijakan pembangunan itu pasti untuk anak muda."
"Di sisi lain, kita harus ingat bahwa ada tantangan, selain mengisi pembangunan, kita harus antisipasi masalah seperti narkoba. Kami tentu ingin lebih banyak lagi lahirkan pemuda pelopor."
Terkait dengan keikutsertaan Indonesia di SEA Games Kuala Lumpur 2017, Imam mengungkapkan harapannya untuk menjadi juara umum. Hanya, kata dia, hal itu bukan target utama sebab kita mau mencapai prestasi yang lebih tinggi lagi, yakni Asian Games.
"Tentu kita semua berharap menjadi juara umum seperti arahan Presiden. Namun, kita ingin prestasi yang lebih tinggi lagi. Jadi SEA Games kali ini bisa jadi pintu masuk bagi para atlet menuju Asian Games 2018 dan Olimpiade 2020. Kenapa jadi pintu masuk? Karena tidak semua cabang di SEA Games dipertandingkan di Asian Games, begitu juga sebaliknya karena sejatinya SEA Games lebih kepada konsolidasi harmoni di kawasan Asia Tenggara.
" Memang diakui Imam, tidak mudah untuk menjadi juara umum SEA Games 2017. Pasalnya, selain menghadapi tuan rumah Malaysia yang berambisi juara umum, mereka juga harus bersaing dengan negara-negara lain juga sudah menyiapkan dengan baik.
Ditambah lagi berbagai kendala dihadapi para atlet Pelatnas. Meski begitu ia bersyukur, para atlet, pelatih, dan ofi sial bisa melewati semua kesulitan tersebut.
"Karena kebetulan SEA Games tahun ini bertepatan dengan hari kemerdekaan kita, saya minta CdM, pelatih, ofi sial, dan para atlet untuk menyamakan visi dan misi untuk memberikan kado terindah bagi bangsa."
Imam tidak menampik kondisi masyarakat Indonesia saat ini terbelah. Itu sebabnya ia sangat berharap kerja sama dari semua pihak untuk memajukan Indonesia.
Ia mencontohkan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir saat merebut medali emas di Olimpiade Rio 2016.
"Saya pikir itu bisa menjadi simbol kerja sama yang baik. Demi Merah Putih, keduanya kompak bersatu. Tontowi atau Owi, adalah orang Jawa dan beragama Islam, sementara Liliyana atau Butet, asli Manado (Sulawesi Utara) dan pengikut Katolik, tapi mereka menyingkirkan semua perbedaan itu demi kejayaan Indonesia."
Menpora melihat kondisi olahraga Indonesia sebenarnya sudah jauh lebih baik. Para pelaku olahraga punya komitmen kuat untuk maju sehingga cabang pun lebih terarah dan mulai terlihat hasilnya di sejumlah cabang.
"Mengurus olahraga itu tidak mudah. Kita harus mulai dari yang kecil. Mulai dari pembinaan, perbaikan fasilitas, pemenuhan gizi, sampai bagaimana semua atlet dimaksimalkan peran keilmuannya. Tentu masa depannya juga," tegas Imam.
Sejatinya, olahraga sudah menjadi budaya bangsa Indonesia. Tidak mengherankan jika banyak bibit unggul di pelosok-pelosok Tanah Air. Hanya memang mereka kerap kesulitan fasilitas sehingga bakat-bakat itu tidak terasah.
"Di sinilah peran pemerintah, khususnya Kemenpora untuk menyediakan fasilitas. Kemenpora juga mendukung dengan adakan berbagai liga. Kemudian di level perekrutan sudah dilakukan secara maksimal. Perhatian terus diberikan berkat adanya perkembangan teknologi melalui penyebaran informasi di dunia maya. (Budi Ernanto/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved