Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PADA pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, pamor sektor pariwisata tampaknya kian cemerlang. Itu tecermin pada pertumbuhannya yang berlangsung cepat dan pesat selama beberapa tahun terakhir.
Laju pertumbuhan 20% selama dua tahun terakhir menempatkan pariwisata Indonesia unggul di antara negara-negara Asia Tengara. Laporan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017 menempatkan Indonesia pada peringkat 42 dalam daftar TTCI secara umum atau naik 8 peringkat dari tahun sebelumnya dengan skor 4,16 dari total 7. Sebaliknya, Malaysia dan Singapura mengalami penurunan peringkat. Pada saat yang sama Thailand yang menjadi primadona pariwisata di ASEAN hanya naik satu peringkat.
Kabar positif bagi sektor pariwisata tersebut tentunya merupakan buah dari banyak faktor. Umpama, upaya pemerintah menyiapkan infrastruktur memadai. Faktor lain yang tidak kalah krusial ialah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata yang secara khusus disiapkan lembaga pendidikan di bidang pariwisata.
Adalah Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti salah satu institusi pendidikan yang telah lama bergelut dengan pengembangan SDM pariwisata. Sejak berdirinya 48 tahun lalu, STP Trisakti telah menghasilkan ribuan alumnus di bidang pariwisata yang saat ini sudah berkarya di banyak tempat dan bidang, bukan hanya di dalam negeri, melainkan juga di mancanegara.
Sebab tidak ingin berpuas diri, menjelang dekade kelima, STP Trisakti terus berinovasi untuk mewujudkan misi dan visi sekolah mereka, yaitu menjadi center of excellence sebagai pusat unggulan studi kepariwisataan nasional.
Saat ditemui di Kampus Pesona, Jakarta, Selasa (8/8), Ketua STP Trisakti Fetty Asmaniati menjelaskan beberapa kegiatan unggulan yang kini tengah dijalankan lembaga pendidikannya.
Kegiatan tersebut antara lain peningkatan kualitas mahasiswa dan tenaga pengajar, juga pengembangan desa wisata di Indonesia. STP Trisakti juga membuat terobosan berupa penyelenggaraan Spada (Sistem Pembelajaran Daring). STP Trisakti ialah satu-satunya kampus di bidang pariwisata yang ditunjuk Dikti untuk menyelenggarakan sistem tersebut. Kegiatan unggulan lainnya yang dilakukan lembaga pendidikan itu ialah pengabdian masyarakat.
"Kita bangga dan menyambut gembira bahwa Indonesia saat ini menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu unggulannya. Kado terbaik bangsa ini di HUT-nya yang ke-72, ya, salah satunya bahwa pemerintah sekarang sangat memberi perhatian besar pada pariwisata. Tentu harus kita dukung penuh," kata Fetty.
Dukungan daerah
Pihak STP Trisakti pun menyoroti masih lemahnya dukungan pemerintah daerah terhadap semangat pengembangan sektor pariwisata tersebut. Dari hasil penelitian, lanjut Fetty, hanya 30 dari 5.555 kabupaten/kota di Indonesia yang fokus kepada pariwisata.
"Kami coba membuat rumusan terkait ABG (academic, business, and government) yang harusnya bisa jalan bersama-sama. Tapi, percuma kita bicara pariwisata, bahkan pun kalau dari sisi akademik kita sudah siap, jika pemdanya kurang mendukung. Ini yang masih perlu menjadi perhatian pemerintah," sambung Wakil Ketua I Bidang Akademik STP Trisakti Chondro Suryono.
Sebelumnya, Ketua Tim Percepatan Wisata Sejarah dan Religi Kementerian Pariwisata Tetty Ariyanto mengamini pengembangan daerah wisata perlu dukungan semua pihak, termasuk kepala daerah setempat.
"Jika pemimpin daerah tersebut punya komitmen yang kuat untuk pengembangan daerah wisata, perkembangannya akan bisa semakin maju," katanya dalam suatu diskusi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tetty yang juga menjabat Business Director of Inspire Travel and Tourism Learning Centre mengatakan tempat-tempat wisata yang bagus sekalipun memerlukan promosi kuat agar dapat lebih dikenal publik. "Branding untuk desa ataupun kota sangat baik bagi kemajuan daerah wisata tersebut," katanya.
Pemerintah memproyeksikan sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian nasional sekaligus penghasil devisa terbesar. Pada 2019, industri pariwisata ditargetkan menciptakan devisa US$24 miliar, melampaui devisa sektor migas. Pada tahun serupa, kunjungan wisatawan ke Nusantara pun dibidik mencapai angka 20 juta. (S2-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved