Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KONSULTAN properti Colliers International menyatakan, pada saat ini semakin banyak pembeli properti apartemen yang lebih memilih menggunakan kredit pemilikan rumah dari bank jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
“Sebelumnya pada 2013, orang yang membeli apartemen dengan menyicil kepada bank melalui KPR hanya 16%, sedangkan sekarang sudah dua kali lipatnya,” kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Ferry, hal tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Colliers terhadap konsumen apartemen yang ada di wilayah Jakarta. Berdasarkan survei tersebut ditemukan bahwa pada kuartal IV-2013, pembeli apartemen dengan menggunakan KPR adalah sekitar 16%, dan yang membeli dengan metode hard cash atau uang kas langsung lunas ialah 21%, dan yang membeli dengan cash installment atau cicilan kepada pengembang ialah sebesar 63%.
Hal berbeda ditemukan ketika survei yang sama dilakukan pada kuartal II-2017, yakni jumlah pembeli apartemen dengan menggunakan KPR melonjak hingga 32%, sementara yang menggunakan hard cash ialah 18%, dan pembeli yang menggunakan cash installment ialah 50%.
Fenomena itu, ujar dia, adalah karena kebijakan pelonggaran uang muka dari Bank Indonesia yang disebut sebagai loan-to-value threshold (LTV), serta kondisi bunga perbankan yang saat ini semakin turun sehingga membuat minat pengguna KPR meningkat.
Untuk itu, Ferry menyarankan agar bila sektor properti dapat lebih berkembang di Indonesia, langkah yang sebaiknya dilakukan ialah merendahkan tingkat suku bunga kredit.
“Perlu dijaga kondisi semakin banyaknya orang yang menggunakan fasilitas pembiayaan dari bank supaya market-nya bisa lebih luas lagi pada masa mendatang,” paparnya.
Di tempat terpisah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan 2017 menyesuaikan target KPR Bersubsidi menjadi 279 ribu unit yang terdiri atas KPR Subsidi Selisih Bunga sebesar 239 ribu unit dan KPR FLPP sebesar 40 ribu unit.
Menurut Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PU-Pera, Lana Winayanti, penyesuaian perlu dilakukan setelah memperhatikan kapasitas pasokan rumah bersubsidi yang dibangun pengembang.
“Meskipun anggaran untuk FLPP (KPR bersubsidi) turun dari semula Rp9,7 triliun menjadi Rp3,1 triliun, namun penurunan tersebut dikompensasi dengan kenaikan subsidi selisih bunga dari Rp312 miliar menjadi Rp615 miliar dan perubahan komposisi anggaran ini tetap dapat menjamin kebutuhan subsidi terhadap semua produksi rumah bagi MBR yang dibangun pengembang. Perubahan komposisi anggaran tersebut akan diatur dalam APBN-P Tahun 2017,” katanya. (Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved