Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
GUBERNUR Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan, big data merupakan teknologi baru di dunia teknologi informasi yang memungkinkan proses pengolahan, penyimpanan, dan analisis data dalam beragam bentuk/format, berjumlah besar, dan pertambahan data yang sangat cepat.
Big data, kata Agus, menjadi satu dari tiga faktor utama gelombang revolusi digital, yang didukung kemampuan komputer dalam melakukan analisis yang kompleks.
Pada 2016, lalu lintas internet global setidaknya telah mencapai 1,2 zetabita atau 1,2 triliun gigabita yang terutama dipicu peningkatan tren penggunaan media sosial melalui perangkat gawai (gadget).
Dalam seminar nasional dengan tema Globalisasi digital: Optimalisasi pemanfaatan big data untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi di Gedung Bank Indonesia, kemarin, Agus mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, start-up (perusahaan rintisan) berbasis digital memang tumbuh pesat di Tanah Air, baik di bidang e-commerce, moda pembayaran, maupun pembiayaan.
Selain itu, kata dia, jumlah pengguna internet yang berbelanja secara daring tercatat mencapai 24,74 juta orang.
Selama setahun terakhir, mereka (para pengguna internet) telah membelanjakan uang sekitar US$5,6 miliar, atau sekitar Rp75 triliun di berbagai e-commerce.
“Artinya rata-rata mereka membelanjakan Rp3 juta per tahun,” ujarnya. Sayangnya, kata Agus, potensi besar Indonesia dalam memanfaatkan era digital belum optimal. Padahal, kalau sudah punya informasi tentang perilaku konsumen atau pasokan yang tersimpan dalam big data, misalnya, tata niaga ini bisa lebih efektif.
Pemerintah, kata dia, telah memanfaatkan big data guna mengendalikan inflasi beberapa komoditas pangan melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), di beberapa kota di Indonesia. “Kalau sudah punya informasi tentang harga dan respons harga terkendali, kita akan mampu menyediakan pasokan.”
Menurut Agus, big data menjadi kunci membangun ekonomi yang terakselerasi. Sayangnya, penetrasi dan kualitas layanan internet yang rendah menjadi kendala pemanfaatan teknologi ini.
Penetrasi internet di Indonesia baru sekitar 51%, jauh di bawah Malaysia yang sudah 71% dan Thailand 67%. Padahal, kata dia, bila hambatan dalam pemanfaatan teknologi digital dapat diatasi, diperkirakan digitalisasi ekonomi mampu memberikan nilai tambah US$150 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2025, atau sekitar 10% terhadap PDB.
“Kami meyakini bahwa revolusi digital yang tengah berlangsung ini apabila dapat dimanfaatkan dengan baik akan mampu membawa Indonesia pada lintasan pertumbuhan ekonomi sekira 7% per tahun,” ujarnya.
Catat Transaksi
Pemerintah kini berencana membenahi tata niaga ini, antara lain agar transaksi perdagangan di dunia virtual itu lebih tercatat.
Mereka akan fokus terlebih dahulu kepada transaksi di marketplace, misalnya, Tokopedia dan Bukalapak. “Rencananya, transaksi marketplace itu akan dihubungkan ke sistem payment Bank Indonesia, yakni national payment gateway (NPG).
“Dengan begitu, pemerintah tinggal mengelola data transaksi dari marketplace yang sudah ada ke NPG,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Ia mengatakan kebijakan itu harus bisa menyesuaikan dengan keinginan para pelaku bisnis maupun asosiasi agar tidak mengganggu kegiatan usaha berbasis jaringan yang saat ini sedang tumbuh. (Jes/Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved