MENTERI Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno mengungkapkan adanya modus baru perekrutan calon anggota Islamic State (IS).
Menurut Tedjo, warga negara Indonesia (WNI) yang ingin bergabung dengan IS memanfaatkan jasa agen perjalanan wisata.
"Ada salah satu modus baru, yakni dengan menggunakan agen perjalanan wisata. Setelah itu, mereka menghilang. Ini salah satu modus yang kami waspadai," kata Tedjo seusai menghadiri acara Rapim TNI-Polri Tahun 2015 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Jakarta, kemarin.
Menurut Tedjo, calon anggota IS menggunakan agen perjalanan untuk sampai ke negara tujuan di Timur Tengah.
Begitu sampai di Timur Tengah, sambung Tedjo, sejumlah WNI tersebut langsung memisahkan diri dan menghilang.
"Pihak kepolisian dan Badan Intelijen Negara (BIN) memiliki data terkait modus baru ini. Informasi terkait modus itu sudah ada dan akan dicek kembali. Untuk pencegahan, jalan yang ditempuh ialah memperketat imigrasi," tegas dia.
Dia menambahkan, pemerintah mewaspadai orang yang ke luar negeri, tapi tidak jelas ke mana tujuan dan maksudnya, terutama yang ke Timur Tengah.
"Tetapi, tidak akan ada pembatasan pengiriman pelajar karena mereka merupakan pelajar dan terdata di kedutaan setempat," imbuhnya.
Dia enggan membenarkan jumlah WNI yang direkrut IS telah mencapai 514 orang.
"Jumlah tidak terlalu penting, tapi yang masuk ini kita waspadai. Kita tangkal melalui imigrasi."
Sudah mengkhawatirkan Mantan KSAL itu menambahkan, fenomena gerakan teroris IS sudah mengkhawatirkan.
Indonesia, kata dia, harus waspada akan ancaman ISIS. Apalagi, laporan mengenai sepak terjang IS semakin marak di berbagai belahan dunia.
"Fenomena IS sudah mengkhawatirkan. Indonesia akan menjadikan wahana pendidikan dan kebudayaan sebagai salah satu strategi menghalangi IS. Melalui pembinaan-pembinaan, melalui agama, budaya, dan sebagainya," tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengingatkan terorisme masih akan menjadi ancaman tidak hanya di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di dunia.
"Saya kira tidak hanya Indonesia, tapi juga negara lain, semua menghadapi mazhab yang sama terkait terorisme, terutama Islamic State," kata Jokowi ketika memberi pengarahan kepada peserta Rapim TNI-Polri di STIK.
Presiden menyebutkan itu merupakan tantangan yang harus dihadapi Indonesia di masa depan.
Menurut dia, negara harus memiliki program pencegahan untuk menghadapi merebaknya fenomena IS.
"Tadi yang disampaikan Presiden sudah jelas. Pencegahan nomor satu. Baru penindakan kalau memang terjadi. Kita mewaspadai jangan sampai itu terjadi, dan jangan sampai kejadian ada baru kita waspadai. Karena ini sudah mendunia masalah terorisme," timpal Tedjo membenarkan. (P-5)