Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Nasi Bungkus Perekat Persaudaraan

Micom
29/5/2018 14:49
Nasi Bungkus Perekat Persaudaraan
(MI/FERDINAND)

SALAT Zuhur berjemaah baru saja selesai ditunaikan di Musala Ar Rohim, Kampung Gudang Kuning, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (22/5).

Seusai salat, Menik,37, tidak pulang ke rumah, tetapi menuju bagian belakang rumah Nanik, petugas kebersihan Musala Ar Rohim. Di dalam ruangan yang tidak seberapa luas itu terdapat panci-panci berukuran besar berisi nasi dan lauk pauk.

Beberapa saat berselang serombongan perempuan paruh baya datang menyusul. Ruangan seketika berubah ramai oleh senda gurau. Sejak Ramadan tiba, Menik dan teman-temannya memiliki kebiasaan baru. Selepas salat Subuh dan Zuhur mereka selalu berkumpul di rumah tersebut untuk sebuah pekerjaan mulia.

"Kami menyiapkan nasi bungkus untuk buka puasa saudara-saudara kita yang kurang beruntung," kata Menik yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci itu.

Setiap hari, Menik dan teman-temannya menyiapkan 1.000 porsi nasi bungkus. Nasi tersebut didistribusikan untuk fakir miskin, anak yatim dan telantar, serta kaum marginal yang tersebar di 13 lokasi di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Pendistribusiannya dikemas dalam acara buka puasa bersama di 13 lokasi.

Kegiatan Sedekah Berkah Seribu Nasi Bungkus itu berlangsung sejak 14 tahun lalu. Suwono Hadi Sumitro, penggagas sekaligus koordinator kegiatan, mengatakan Ramadan tahun lalu mereka melayani sembilan lokasi, tahun ini 13 lokasi. "Kegiatan ini kami lakukan terus-menerus sampai hari ke-25 Ramadan," kata laki-laki yang akrab disapa Mbah Wono itu.

Menyiapkan 1.000 nasi bungkus setiap hari bukan sebuah pekerjaan mudah karena Mbah Wono dan para relawan bukanlah orang berada. Kampung mereka, Gudang Kuning, bahkan termasuk kawasan miskin.

Sebagian besar warga bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Namun, semangat mereka untuk berbagi patut diacungi dengan jempol.

Mbah Wono bersyukur, selama 14 tahun menyiapkan nasi bungkus selalu ada saja donatur yang peduli. "Kami tidak memiliki motivasi lain kecuali beramal salih dan mempererat persaudaraan," pungkas dai tersebut.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya