Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Strategi Dekarbonisasi Otomotif Indonesia

mediaindonesia.com
15/2/2025 16:04
Strategi Dekarbonisasi Otomotif Indonesia
(DOK PT TMIM)

CYRILLUS Harinowo, seorang bankir dan ahli moneter, menulis buku Multi-pathway for Car Electrification untuk menawarkan perspektif berbeda tentang upaya dekarbonisasi di sektor otomotif. 

Buku ini memberikan pandangan lain terkait anggapan bahwa mobil listrik (BEV) bukanlah solusi tunggal dalam mengurangi emisi karbon, terutama di Indonesia.

LATAR BELAKANG PENULISAN BUKU
Cyrillus terinspirasi oleh pernyataan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada 2020, yang mengumumkan rencana untuk melarang mobil konvensional pada 2030 dan hanya memperbolehkan mobil listrik. 

Cyrillus mengkhawatirkan bahwa kebijakan seperti ini belum sepenuhnya dipahami masyarakat Indonesia, sementara Indonesia sendiri masih menghadapi banyak tantangan untuk beralih ke mobil listrik, seperti ketergantungan pada energi fosil untuk menghasilkan listrik hingga kondisi infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai.

Dalam bukunya, Cyrillus menawarkan solusi alternatif, dengan menyoroti teknologi otomotif ramah lingkungan selain mobil listrik, seperti mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV), plug-in hybrid (PHEV), dan kendaraan berbahan bakar alternatif lainnya seperti biofuel.

PANDANGAN TERHADAP DEKARBONISASI
Cyrillus menyoroti bahwa meskipun penggunaan mobil listrik dianggap sebagai solusi utama untuk mengurangi emisi karbon, faktanya pembangkit listrik yang digunakan untuk mengisi daya kendaraan listrik sebagian besar masih bergantung pada bahan bakar fosil. 

Di Indonesia, sekitar 80% dari sumber listrik masih berasal dari pembangkit berbahan bakar fosil. Hal ini membuat mobil listrik yang dianggap sebagai kendaraan ramah lingkungan tetap menghasilkan emisi karbon yang signifikan selama proses pengisian daya.

Cyrillus juga menekankan bahwa transisi global menuju mobil listrik, meskipun positif, tidak dapat diimplementasikan secara langsung di negara berkembang seperti Indonesia. Faktor seperti keterbatasan infrastruktur pengisian baterai dan kebutuhan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca membuat solusi lain seperti kendaraan Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan plug-in hybrid (PHEV) menjadi pilihan yang lebih realistis untuk transisi bertahap.

PELUANG BAGI INDONESIA
Menurut Cyrillus Indonesia dapat meniru langkah Brasil, yang telah sukses mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi melalui penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan, yang dihasilkan dari industri gula negara tersebut. Selain itu Indonesia dapat memanfaatkan cadangan nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik dan kendaraan hybrid. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan industri kendaraan ramah lingkungan secara lebih inklusif.

Cyrillus menegaskan bahwa mobil non-listrik yang ramah lingkungan, seperti mobil hybrid dan kendaraan berbahan bakar biofuel, dapat menjadi pilihan yang lebih efektif untuk memenuhi target NDC 2030, meskipun ide ini mungkin bertentangan dengan kebijakan global yang lebih menekankan pada elektrifikasi.

Buku ini menjadi pengingat bahwa transisi menuju kendaraan ramah lingkungan harus dipertimbangkan secara komprehensif, dengan memperhitungkan faktor ekonomi, teknologi, dan kebijakan yang relevan di masing-masing negara. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya