Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Abaikan Teknik Pengereman, 90% Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun

Basuki Eka Purnama
28/1/2022 08:45
Abaikan Teknik Pengereman, 90% Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun
Truk tronton tabrak sejumlah kendaraan di turunan simpang traffic light Muara Rapak, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.(Twitter @e81n)

HAMPIR 90% kecelakaan bus dan truk terjadi di jalan menurun karena sebagian besar pengemudi dalam kecelakaan itu mengabaikan teknik pengereman yang benar. Hal itu diungkapkan investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan, Kamis 27/1).

"Saya beritahu, hampir 90% lebih kecelakaan bus dan truk (karena) rem blong terjadi di jalanan menurun dan semuanya terjadi karena pengemudi mengabaikan teknik pengereman," tegas Wildan di Purwakarta, Jawa Barat.

Wildan menegaskan betapa pentingnya para pengemudi mengetahui teknik pengereman yang benar dan baik dalam segala kondisi jalan yang dilalui.

Baca juga: Capai Pangsa Pasar 46,7% di 2021, Mitsubishi Fuso Patok target 48% di 2022

Dia menjelaskan, terdapat beberapa perbedaan teknik mengerem di permukaan datar dengan di jalan menurun. 

Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin, sementara di jalan menurun gerakan kendaraan dipengaruhi daya gravitasi.

"Ketika kita mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, maka putaran mesin menurun, berhenti, selesai. Tidak demikian halnya di jalan menurun. Kita ngerem dengan pedal, kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itu akan didorong lagi oleh daya gravitasi. Artinya itu nggak akan selesai," kata dia.

Jadi, katanya, kalau mengerem di jalan datar gunakanlah service brake atau rem pedal, tapi ketika di jalan menurun gunakanlah auxiliary brake(rem tambahan yang digunakan dengan kombinasi rem biasa pada truk atau kendaraan berat).

"Bentuknya apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada namanya retarder, yang terbaru," tambah dia.

Ketika para pengemudi sudah mengabaikan hal itu, besar kemungkinan mereka akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, kendaraan akan mengalami brake fading (daya cengkram kampas rem berkurang karena panas atau pemakaian berulang atau dalam kondisi kecepatan tinggi), angin tekor, dan juga vapor lock (minyak rem terlalu panas sehingga mengurangi kemampuan rem).

Ketika kendaraan yang digunakan mengalami brake fading atau kampasnya panas, maka kampas rem pada kendaraan itu akan menjadi licin dan kemungkinan roda akan tetap berputar.

"Ketika saya tanya pengemudinya apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar. Saya bisa simpulkan mobil itu mengalami brake fading. Contohnya itu kecelakaan bus Padma di Sumedang," kata dia.

Berbeda halnya ketika kendaraan mengalami kejadian rem angin tekor, kejadian ini akan membuat rem terasa lebih berat ketika hendak akan diinjak untuk melakukan pengereman.

"Yang kedua angin tekor, yang dirasakan pengemudi apa? Pedalnya mbagel, keras, nggak bisa diinjak. Contohnya di mana? Di FO (Flyover) Kretek sama di bus Purnamasari, karena tekanan anginnya di bawah 6 bar," kata dia.

"Yang ketiga vapor lock, yaitu minyak remnya mendidih karena kandungan airnya dalam minyak rem sangat tinggi. Contohnya di Cikidang," tambah dia. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik