Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BELAKANGAN ini, Jakarta diberi predikat sebagai kota dengan kualitas udara buruk. Media massa memberitakan kategori kualitas udara di atas Jakarta. Memprihatinkan dan sekaligus menghentak perasaan masyarakat yang peduli lingkungan. Namun, benarkah udara Jakarta sedemikian jelek kondisinya? Benarkah penamaan kualitas udara sebuah kota dengan istilah 'buruk'? Apa parameter penilaian kualitas udara sebuah kota? Apa solusinya agar kualitas udara menjadi lebih baik dan terhindar dari kategori tidak baik ini?
Status udara ambien (udara bebas) sebuah kota terdiri dari lima kategori. Kelimanya tertera dalam Pasal 7 ayat 4 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara atau disingkat ISPU, yakni baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya.
Dari sini, terlihat tidak ada kategori kualitas udara kota berjuluk buruk. Jadi, dari manakah datangnya kategori buruk bagi udara Jakarta ini? Diperlukan telaah khusus pada media massa elektronik kapan istilah udara buruk tersebut mulai digunakan.
ISPU dan kategori kualitas udara
Lima kategori kualitas udara diperoleh dari hasil perhitungan konsentrasi tujuh parameter, yaitu partikulat berukuran <_ 10 mikron (PM10), partikulat berukuran <_ 2,5 mikron (PM2,5), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon (O3), dan hidrokarbon (HC).
Konsentrasi ketujuh parameter itu diperoleh dari hasil analisis laboratorium terhadap sampel udara yang diperoleh Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA) yang ditempatkan di beberapa sudut strategis kota. Idealnya, SPKUA ditempatkan di lokasi-lokasi yang mewakili daerah pusat kota, suburban, industri, perdesaan, dan lokasi lainnya yang mengarah kepada sumber pencemar tertentu.
Hasil analisis laboratorium dari ketujuh parameter itu berupa konsentrasi pencemar dalam udara ambien yang kemudian dikonversi menjadi sebuah angka tanpa satuan berupa skor ISPU tiap-tiap parameter. Skor ISPU akhir sebuah kota ialah skor tertinggi di antara ketujuh skor ISPU tiap parameter tersebut. Misalnya, parameter PM2,5 mendapat skor 110, sedangkan skor parameter lain (PM10, SO2, CO, NO2, O3, HC) kurang dari 110. Maka itu, skor akhir ISPU sebuah kota adalah 110 dengan parameter dominan PM2,5. Parameter dominan adalah parameter yang mempunyai skor ISPU tertinggi.
Bolehkah skor ISPU sebuah kota hanya ditentukan oleh sebuah parameter saja, misalnya PM2,5? Peraturan yang sedang berlaku tidak memungkinkan pelanggaran prosedur tersebut karena tahapan perhitungan dan penentuan skor ISPU akhir kota melibatkan tujuh parameter tersebut. Bila ada penilaian status udara kota yang didasarkan hanya pada satu parameter, penentuan kategori itu tidak sesuai prosedur.
Berita kategori kualitas udara Jakarta yang didasarkan hanya pada satu parameter perlu diluruskan agar mengacu pada aturan hukum lingkungan yang berlaku, yaitu Permen LHK No 14/2020. Di dalamnya tertera bahwa penentuan kategori kualitas udara kota didasarkan pada tujuh parameter.
Sumber pencemar udara dan penyebarannya
Tujuh jenis pencemar udara dalam udara ambien sebuah kota berasal dari berbagai sumber, yaitu emisi kendaraan bermotor, industri, kegiatan rumah tangga, perkantoran, sekolah, kawasan bisnis, pusat pemerintahan, dan sebagainya. Pencemar udara juga berasal dari aktivitas gunung berapi, area pertambangan, pelabuhan, dan terminal.
Prinsipnya, semua sarana atau fasilitas yang mempunyai mesin (engine), atau membakar BBM, atau mengoperasikan tungku pembakaran menghasilkan polutan udara yang lepas, kemudian keluar melewati knalpot atau cerobong atau sejenisnya menuju udara ambien dan menurunkan kualitas udara.
Angin mempunyai peran sangat penting dalam memindahkan polutan dari tempat asalnya ke udara ambien kota. Semakin tinggi kecepatan angin, semakin cepat pula transportasi polutan dari sumber ke udara ambien kota. Di sisi lainnya, makin tinggi kecepatan angin, makin rendah konsentrasi polutan dalam udara ambien karena tiupan angin yang kuat berakibat makin hebat proses pengadukan polutan dalam udara ambien. Akibatnya, konsentrasi polutan dalam udara ambien makin rendah.
Solusi perbaikan kualitas udara
Dalam mencari solusi memperbaiki kualitas udara Jakarta agar meningkat kategorinya, perlu dipahami sumber pencemar dan konsentrasi yang menjadi dasar penentuan kategori kualitas udara. Penyebaran polutan juga perlu diperhatikan agar tindakan perbaikan menjadi lebih akurat.
Dari semua parameter yang berpengaruh, perlu dicermati parameter dominan karena parameter dominan ini terkait langsung dengan skor akhir ISPU. Solusi utama yang akan diambil; pertama, diarahkan guna menangani parameter dominan ini. Pertimbangan terkait persen target penurunan konsentrasi yang akan dicapai juga bisa menjadi sasaran perbaikan tingkat sekunder.
Contoh gambaran solusi terkait kondisi saat ini dapat difokuskan pada kelompok polutan padat dalam udara, yaitu parameter PM2,5 dan PM10. Keduanya dapat diturunkan konsentrasinya dengan hujan buatan. Hasil penelitian di Tiongkok menunjukkan bahwa dengan hujan buatan konsentrasi padatan berukuran <_ 300 mikron, termasuk PM2,5 dan PM10, turun signifikan sebesar 39% (Wu et al 2022).
Solusi dengan menyasar penanganan di sisi sumber juga bisa dilakukan dengan kuantifikasi kontribusi tiap-tiap sumber. Kontributor dirancang diturunkan emisi padatannya (PM2,5 dan PM10) dengan pilihan teknologi yang ada (wet scrubber, cyclone, electrostatic precipitator, dan sejenisnya). Opsi ini utamanya ditujukan pada industri yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
Pilihan solusi juga bisa dilakukan pada tahap lebih hulu, yaitu menyangkut dokumen amdal (analisis dampak lingkungan) dalam bab RKL & RPL (rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan) bagi perusahaan di Jakarta dan sekitarnya. RKL & RPL dipertajam pada sisi pengelolaan padatan dalam udara ambien, yaitu dengan pencantuman teknologi reduksi emisi yang lebih ketat.
Dalam sidang amdal, di-reviewer bersama-sama dengan otoritas KLHK perlu lebih ketat mengawasi bab RKL & RPL ini. Bila ini terlaksana, dalam jangka pendek dan menengah, penurunan konsentrasi padatan dalam udara ambien akan turun. Hasil akhir yang diperoleh ialah peningkatan status kategori udara Jakarta yang tidak lagi buruk.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved