Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KEBERHASILAN guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar ditandai perubahan-perilaku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perubahan perilaku hasil pembelajaran yang terjadi pada diri siswa bukan hanya sebatas penguasaan sejumlah pengetahuan bersifat deklaratif, root-learning, melainkan juga kemampuan siswa dalam menghubungkan berbagai konsep pengetahuan guna menyelesaikan/memecahkan persoalan-persoalan baru (kemampuan transfer).
Pembelajaran semacam itu banyak juga disebut pembelajaran bermakna. Guru dapat menumbuhkan pembelajaran bermakna (deeper learning) dengan memberikan umpan balik yang cermat, memberikan tugas perbandingan, dan mendorong diskusi kelas yang kuat (Michael McDowell, 2023).
Pembelajaran bermakna
Pembelajaran bermakna (deeper learning) hanya terjadi apabila guru dapat mengarahkan dan mendorong siswa berpikir kompleks, seperti kemampuan menganalisis dan memproses informasi secara mendalam. Pendekatan semacam itu bertujuan mengembangkan potensi mental siswa, termasuk kemampuan berpikir logis, pemecahan masalah, kreativitas, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya.
Dalam pembelajaran bermakna, siswa didorong untuk tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga memahami konsep, membuat hubungan antargagasan, dan mengaplikasikannya dalam konteks nyata. Berpikir kompleks melibatkan proses mental yang memungkinkan siswa mengenali, mengolah, dan memahami informasi yang diterima.
Proses itu melibatkan penggunaan berbagai strategi kognitif, seperti mengelompokkan, menganalisis, membandingkan, mengklasifikasikan, membuat inferensi, dan melakukan penalaran deduktif serta induktif. Siswa diajak berpikir kritis, mengeksplorasi alternatif, dan mencari solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi.
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran bermakna ialah pendekatan konstruktivisme, yakni siswa membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi dengan materi pembelajaran. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai fasilitator, memandu siswa dalam proses pembelajaran, memberikan pertanyaan yang mendorong pemikiran mendalam, dan memberikan umpan balik konstruktif.
Pembelajaran bermakna juga mendorong penggunaan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan interaksi dan pemahaman siswa. Teknologi pendidikan canggih dapat menyediakan simulasi interaktif, visualisasi, dan alat analisis data dapat membantu siswa memahami konsep yang kompleks dan melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran bermakna memiliki manfaat beragam bagi siswa, yaitu pertama membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan intelektual sehari-hari. Mereka belajar untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis, bukan hanya menerima apa yang diberikan secara pasif. Kemampuan itu membantu siswa mengasah keterampilan berpikir logis, analitis, dan evaluatif dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Kedua, merangsang kreativitas siswa dengan mendorong pemikiran asosiatif, pengambilan risiko, dan pemecahan masalah kreatif. Dalam lingkungan pembelajaran bermakna, siswa didorong untuk berpikir di luar kotak dan mengembangkan gagasan-gagasan baru. Kemampuan itu bermanfaat dalam berbagai konteks kehidupan, baik dalam pekerjaan, kreativitas artistik, inovasi, maupun pemecahan masalah sehari-hari.
Ketiga, membantu siswa memahami konsep secara mendalam, bukan hanya mengingat fakta. Siswa diajak untuk membuat hubungan antara konsep-konsep yang mereka pelajari, membangun skema mental yang kohesif, dan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Hal itu membantu siswa memperoleh pemahaman lebih baik, serta memfasilitasi transfer pengetahuan ke situasi dan konteks berbeda.
Keempat, mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan yang kompleks. Di era informasi saat ini, kemampuan memproses dan memahami informasi dengan cepat dan efektif sangat penting. Melalui pendekatan itu, siswa dilatih menjadi pembelajar seumur hidup yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan terus mengembangkan potensi kognitif mereka. Mereka belajar bagaimana mencari informasi, menafsirkannya, dan menerapkannya dalam konteks yang relevan.
Penilaian pembelajaran bermakna
Penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran harus direncanakan dan dilakukan sebagai upaya untuk mendukung keberhasilan dan menjamin mutu pembelajaran. Gronlund (1998) sebagaimana dikutip Furqon (1999), menyatakan bahwa, "Dalam mempersiapkan segala jenis program pembelajaran, perhatian utama kita adalah 'bagaimana cara yang paling efektif untuk mewujudkan pembelajaran siswa'?"
Saat kita merenungkan pertanyaan itu, perhatian kita biasanya secara alami akan diarahkan pada metode dan bahan pengajaran yang akan digunakan. Namun, pada saat bersamaan kita sebenarnya juga harus mempertimbangkan peran penilaian dalam proses pembelajaran.
Menilai hasil pembelajaran bermakna melibatkan pengukuran kemajuan siswa dalam penerapan strategi berpikir tingkat tinggi. Beberapa metode penilaian dapat digunakan, antara lain, pertama, mengukur kemampuan kognisi. Penilaian itu dirancang untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan strategi berpikir kognitif, seperti analisis, sintesis, penalaran, dan pemecahan masalah. Penilaian dapat mencakup soal-soal situasional atau studi kasus, siswa harus menerapkan strategi berpikir guna menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.
Kedua, penilaian proyek atau tugas berbasis masalah. Siswa dapat diberi tugas proyek atau masalah nyata yang membutuhkan penerapan strategi berpikir kognitif. Mereka harus mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi, serta merancang solusi yang kreatif dan didukung penalaran kognitif.
Ketiga, penilaian berbasis portofolio. Portofolio siswa dapat digunakan untuk menunjukkan kemajuan dalam berpikir kognitif. Portofolio dapat berisi hasil pekerjaan yang mencerminkan pemikiran analitis, evaluatif, dan kreatif siswa, seperti tulisan reflektif, penyelesaian masalah, atau proyek-proyek berbasis penelitian.
Keempat, diskusi kelompok atau presentasi. Melalui diskusi kelompok atau presentasi, siswa dapat menunjukkan kemampuan berpikir kognitif mereka dalam berargumen, memberikan pemikiran kritis, dan mempertanyakan ide-ide lain. Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan kecakapan berpikir kognitif ditunjukkan dalam interaksi dan pemikiran kolaboratif.
Kelima, observasi guru. Guru dapat mengamati siswa secara langsung selama proses pembelajaran untuk melihat kemampuan mereka dalam menerapkan strategi berpikir kognitif. Observasi dapat mencakup kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan menantang, menganalisis informasi secara kritis, dan memberikan solusi yang didukung data dan penalaran kognitif.
Selain menggunakan metode penilaian di atas, guru harus memberikan umpan balik konstruktif kepada siswa tentang kemampuan dan strategi berpikir yang dimiliki siswa. Umpan balik itu harus menyoroti kekuatan dan area yang dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berpikir mereka.
Perlu diingat bahwa penilaian dalam pembelajaran bermakna tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses. Dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam menerapkan strategi berpikir, guru dapat memperoleh gambaran lengkap tentang perkembangan kognitif siswa yang akan sangat berguna untuk memberikan dukungan sesuai dengan pertumbuhan mereka. Wallahualam bisawab.
WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong ketersediaan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.
Beasiswa Unggulan 2025 adalah program bantuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
NUO memahami pentingnya inovasi dalam pengelolaan wakaf agar mampu memberikan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan, khususnya bagi sektor pendidikan.
Program pelatihan dari International Center for Land Policy Studies and Training (ICLPST) bukan sekadar pendidikan kebijakan pertanahan dan pajak, melainkan perjalanan lintas budaya.
Dukungan tersebut sejalan dengan pandangan AHY mengenai perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, terutama di kalangan pemuda.
THE principal’s role is not a career promotion from teaching, but a fundamentally different responsibility requiring leadership of the whole system (Michael Fullan, 2014).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved