Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Percepat Vaksinasi Covid-19 dan Imunisasi pada Anak

FX Wikan Indrarto Dokter spesialis anak RS Panti Rapih dan lektor di FK UKDW Yogyakarta, alumnus S-3 UGM
02/9/2022 05:10
Percepat Vaksinasi Covid-19 dan Imunisasi pada Anak
(Ilustrasi)

PADA Kamis, 11 Agustus 2022, WHO memberikan bukti baru tentang vaksinasi covid-19 pada anak dan remaja dengan vaksin yang tersedia saat ini dan telah masuk dalam daftar penggunaan darurat (emergency use listing atau EUL). Apa yang menarik?

Kemajuan signifikan terjadi dengan hampir setiap negara telah menerapkan vaksinasi covid-19 dan lebih dari 12 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global sehingga cakupan setiap negara rata-rata mencapai 60% dari populasi. Penyebaran vaksin covid-19 yang besar dan belum pernah terjadi sebelumnya ini telah menyebabkan pengurangan besar dalam penyakit parah, rawat inap, dan kematian. Bahkan, memungkinkan masyarakat untuk beraktivitas kembali dan mencegah sekitar 19,8 juta kematian pada 2021.

Namun, kesenjangan global dalam vaksinasi terus berlanjut. Masih banyak negara belum mencapai cakupan vaksin yang tinggi dari populasi yang paling berisiko. Secara khusus, hanya 25% dari populasi orang dewasa yang telah menerima vaksin covid-19 dosis primer secara lengkap di negara berpenghasilan rendah. Itu karena akses layanan kesehatan juga lebih terbatas. Padahal, vaksinasi global menargetkan cakupan 100% untuk semua warga lansia dan tenaga kesehatan. Lebih jauh lagi, setiap negara harus berjuang menuju kekebalan kelompok yang lebih luas, minimal 70% dari total populasi nasional.

 

Otorisasi penggunaan darurat

Beberapa negara telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin mRNA (Pfizer-BioNTech BNT162b2, dan Moderna mRNA-1273) untuk digunakan pada kelompok usia enam bulan ke atas. Uji klinis pada anak usia tiga tahun sedang memasuki tahap akhir untuk dua vaksin dari virus yang tidak aktif (Sinovac-Coronavac dan BBIBP-CorV) dan produk ini disetujui otoritas Tiongkok untuk anak usia 3-17 tahun. Meskipun vaksin covid-19 seperti Coronavac, Novavax, dan BBIBP-CorV telah menerima EUL untuk orang dewasa, belum direkomendasikan WHO untuk digunakan pada anak. Covaxin, vaksin inaktif adjuvant yang dikembangkan Barat telah disetujui di India untuk anak usia 12-17 tahun. Namun, belum mendapatkan persetujuan WHO untuk digunakan pada anak usia tersebut di luar India.

SARS-CoV-2 biasanya menyebabkan derajat penyakit yang kurang parah dan lebih sedikit kematian pada anak dan remaja jika dibandingkan dengan orang dewasa. Selama fase pandemi covid-19 awal, yaitu periode 30 Desember 2019 hingga 25 Oktober 2021, anak balita hanya 2% (1.890.756 anak) dari kasus global dan kematian hanya 0,1% (1.797 kasus) dari kematian global. Anak dan remaja usia 5 hingga 14 tahun menyumbang 7% (7.058.748) dari kasus global dan 0,1% (1.328) dari kematian global. Sementara itu, remaja dan dewasa muda (15 hingga 24 tahun) mencapai 15% (14.819.320) dari kasus global, dan 0,4% (7.023) dari kematian global. Dengan demikian, angka kematian untuk usia di bawah 25 tahun hanya kurang dari 0,5% dari kematian global.

Dalam uji klinis fase 2 untuk kedua vaksin mRNA, kemanjuran dan imunogenisitas pada anak serupa atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Profil keamanan dan reaktogenisitas pada remaja serupa dengan dewasa muda. Selama uji klinis fase 3 pada anak kecil berusia 6 bulan hingga 5 tahun, tidak ada tanda gangguan keamanan yang dilaporkan, tetapi ukuran sampel terlalu kecil untuk mengidentifikasi kejadian langka.

Efek samping serius vaksinasi covid-19 yang sangat jarang dilaporkan ialah miokarditis atau perikarditis pada jantung. Kasus miokarditis dan perikarditis lebih sering terjadi pada remaja laki-laki yang lebih muda (16-24 tahun) dan setelah dosis kedua vaksin jika dibandingkan dengan orang dewasa dan anak. Kasus miokarditis dan perikarditis ini biasanya terjadi dalam beberapa hari setelah vaksinasi, umumnya ringan, merespons baik dengan pengobatan konservatif, dan tidak terlalu parah dengan hasil yang lebih baik daripada miokarditis klasik atau miokarditis terkait covid-19.

Efektivitas dua dosis vaksin BNT162b2 yang diterima berselang >28 hari sebelum masuk rumah sakit dalam mencegah MIS-C juga telah diteliti menggunakan desain kasus-kontrol uji-negatif di antara pasien rawat inap berusia 12-18 tahun selama dominasi varian delta. Di antara 102 pasien kasus MIS-C dan 181 kontrol yang dirawat di rumah sakit, perkiraan efektivitas dua dosis vaksin BNT162b2 terhadap MIS-C ialah 91%. Semua pasien MIS-C 38 anak yang membutuhkan ventilator elektrik atau dukungan alat bantu napas untuk bertahan hidup tidak divaksinasi. Penerimaan dua dosis vaksin BNT162b2 dikaitkan dengan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap MIS-C pada remaja berusia 12-18 tahun.

Meskipun penilaian manfaat-risiko (benefit-risk assessments) jelas mendukung manfaat vaksinasi pada semua kelompok umur, termasuk anak dan remaja untuk mengurangi jumlah infeksi, rawat inap, kematian, dan covid-19 jangka panjang, manfaat kesehatan langsung dari memvaksinasi anak dan remaja yang sehat lebih rendah jika dibandingkan dengan memvaksinasi orang dewasa karena insiden covid-19 parah dan kematian yang lebih rendah pada orang yang lebih muda.

Anak dan remaja cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan daripada orang dewasa. Kecuali jika mereka berada dalam kelompok yang berisiko lebih tinggi terkena covid-19 parah. Karena itu, vaksinasi untuk anak dan remaja tidak terlalu mendesak ketimbang orang yang lebih tua, mereka yang memiliki gangguan kesehatan kronis, dan tenaga kesehatan.

 

Upaya percepatan

Pada Sabtu, 13 Agustus 2022, cakupan vaksinasi dosis dua covid-19 di Indonesia telah mencapai 170.486.755 dosis atau 72,65%. Cakupan ini meliputi vaksinasi lansia telah diberikan sebanyak 14.785.607 dosis atau mencapai 68,60%. Sementara itu, cakupan vaksinasi tenaga kesehatan sebanyak 1.984.613 dosis atau mencapai 135,12%.

Sebaliknya, upaya percepatan imunisasi noncovid-19 lebih penting mengingat ada lebih dari 1,7 juta anak di Indonesia belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada 2019-2021. Imunisasi dasar lengkap pada bayi berusia 0-11 bulan mencakup, antara lain DPT-HB-Hib, polio tetes, polio suntik, dan campak rubela. Setelahnya, anak usia 18-24 bulan diberi imunisasi DPT-HB-Hib dan campak rubela.

Imunisasi masih perlu dilanjutkan saat anak menginjak usia SD. Anak kelas 1 SD diberi imunisasi campak rubela dan DT, sementara anak kelas 2 dan 5 SD menerima imunisasi Td. Cakupan imunisasi di Indonesia pada 2021 ialah yang terendah sepanjang program. Itu karena hanya enam provinsi yang berhasil mencapai target vaksinasi sebesar 93,6%, yaitu Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, Banten, dan Bengkulu.

Kebijakan memberikan vaksinasi covid-19 untuk remaja dan anak harus memperhitungkan prioritas dalam melindungi kelompok risiko tertinggi dengan vaksinasi primer dan karena efektivitas vaksin covid-19 menurun seiring waktu, perlu juga memberikan dosis booster.

Oleh karena itu, sebelum sebuah negara mempertimbangkan untuk menerapkan vaksinasi covid-19 dosis primer pada remaja dan anak, mencapai cakupan primer dan booster yang tinggi pada kelompok prioritas seperti orang dewasa dan tenaga kesehatan harus dikejar terlebih dahulu. Selain itu, sangat penting bagi anak untuk terus diberikan imunisasi dasar untuk penyakit menular noncovid-19 lainnya yang justru lebih berbahaya dan layak diprioritaskan.

Apakah kita sudah bertindak bijak?



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya