Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
INDONESIA merupakan negara yang rawan bencana alam. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selama 10 tahun (2005-2015) berbagai bencana mencapai 15.458. Sepanjang 2021, selain menghadapi pandemi covid-19, Indonesia juga dihadapkan dengan erupsi gunung Semeru pada Desember, banjir bandang di Kota Batu, Malang pada November, banjir di Sintang, Kalimantan Barat pada November, gempa di Bali pada Oktober, serta gempa di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat pada Januari.
Bencana alam mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat terdampak. Mereka kehilangan nyawa, luka-luka, harta benda, juga trauma berkepanjangan yang tak mudah dipulihkan. Trauma yang besar akibat besarnya bencana dan kehilangan orang-orang yang dicintai juga merupakan dampak yang turut menyertai pascasuatu bencana.
Bencana alam merupakan kejadian alam yang tidak mampu ditolak, utamanya di Indonesia yang secara geografis memiliki kerawanan tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan kapasitas masyarakat. Penguatan itu salah satunya dilakukan dengan memberikan pendidikan bencana yang melalui pendidikan formal, masyarakat, dan keluarga. Persepsi bahwa Indonesia merupakan negara dengan kerawanan bencana yang tinggi harus ditanamkan kepada seluruh masyarakat Indonesia sejak usia dini. Hal itu mengingat anak-anak juga merupakan salah satu kelompok rawan yang akan menjadi korban jika terjadi bencana alam. Maka dari itu, pemberian pendidikan bencana kepada siswa di sekolah menjadi sangat urgen.
Sekolah berkewajiban untuk memberikan pendidikan bencana tanpa harus menunggu wilayahnya mengalami terlebih dahulu. Mengacu pakar pendidikan bencana Universitas Negeri Semarang Prof Dr Juhadi, pendidikan bencana dapat dilakukan melalui seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Pemberian pendidikan bencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah melalui BPBD setempat saja, tetapi sekolah juga dapat membantu untuk memberikannya melalui kegiatan pembelajaran.
Sebelumnya, seringkali pendidikan bencana juga dipahami hanya dapat dilakukan oleh mata pelajaran geografi atau ilmu pengetahuan sosial (IPS). Ternyata hal itu juga dapat dilakukan di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah mulai dari tingkat PAUD, TK, hingga SMA/sederajat. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dimuat pada Journal of Disaster Research (terindeks Scopus Q2) yang merupakan jurnal bereputasi dari Jepang tentang kebencanaan. Salah satu artikel yang terbit menyebutkan bahwa pendidikan bencana dapat dilakukan melalui seluruh mata pembelajaran secara indirect (tidak langsung).
Aplikasi ke mata pelajaran
Hasil penelitian pada jurnal tersebut mencontohkan pengaplikasian model pendidikan bencana secara indirect. Melalui mata pelajaran bahasa guru dapat meyampaikan teks untuk dibaca siswa yang berisi tentang pengertian, sebab, akibat, hingga mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan melanggulangi bencana tersebut.
Melalui mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes), kegiatan berlari dapat disimulasikan sebagai latihan kesiapsiagaan saat bencana terjadi. Guru meminta siswa untuk berlari sekencang-kencangnya dari titik terjadinya bencana menuju titik kumpul, seolah-seolah sedang terjadi bencana. Mata pelajaran lainnya juga dapat dicari keterkaitannya dengan bencana alam, sebagai media untuk menyampaikan pendidikan bencana kepada siswa. Untuk pengaplikasiannya, guru terlebih dahulu dilatih untuk mengintegrasikan ke dalam pembelajarannya.
Model pendidikan bencana indirect tersebut telah diteliti dan diketahui keefektifannya untuk meningkatkan literasi bencana siswa. Akan tetapi model tersebut tidak akan ada artinya jika hanya sampai pada taraf penelitian. Model tersebut diharapkan diaplikasikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, sehingga literasi bencana siswa akan mengalami peningkatan. Pada akhirnya hal itu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas siswa sebagai anggota masyarakat dalam menghadapi bencana alam di masa mendatang.
Bunda, sedang bersiap menyekolahkan si kecil? Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan agar anak mendapatkan pendidikan terbaik untuk mengoptimalkan potensi mereka.
Anak harus memahami dan menghargai diri dan lingkungan serta mengetahui konsekuensi hukum dan akibat dari kekerasan/perundungan.
Hari terakhir di sekolah bisa membawa kesedihan bagi anak. Mereka harus berpisah dengan guru dan teman-teman akan memberikan tantangan emosional.
Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Fabiola Priscilla memberikan beberapa tips untuk mengatasi tekanan menjelang hari pertama anak kembali bersekolah
Sedang memilih sekolah untuk si kecil? Idealnya, lokasinya jangan terlalu jauh dari rumah untuk mencegah kelelahan anak maupun orang tua.
Sekolah perlu memberikan wadah seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved