Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pemimpin Subur sebagai Manikam Pendidikan Vokasi

Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
26/3/2021 06:00
Pemimpin Subur sebagai Manikam Pendidikan Vokasi
Ilustrasi(MI/SENO)

BILA ingin memandang arah vokasi ke depan, yang meng­utamakan pembangunan manusia yang memiliki kekuatan pada aspek hardskills, softskills, serta integritas, maka sebelum kita berdialektika untuk mengonsepkan materi, serta metode pembelajaran, perlu bagi kita untuk menyiapkan sumber daya manusia penyelenggaranya terlebih dahulu, yakni pemimpin-pemimpin subur sebagai penyelenggara pendidikan vokasi.

Pola pikir penyelenggara pendidikan vokasi mayoritas menitikberatkan pada aspek fisik peralatan dan bangunan untuk bisa melaksanakan pendidikan vokasi yang ideal. Mindset konvensional inilah yang harus diubah secara berani oleh pemimpin-pemimpin satuan pendidikan vokasi menuju ke arah pola pikir pengembangan yang kolaboratif dan kreatif.

Kolaborasi dan sinergi ialah kunci kita menggenggam masa depan, termasuk masa depan vokasi, terlebih sebagai pendidikan yang dituntut dari awal untuk link and match, atau tertaut sesuai dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Perubahan mindset sebagai prioritas

Pendidikan vokasi bukanlah sebuah metode pendidikan yang hanya berfokus pada penguatan hardskill belaka, sebagai pendidikan yang berfokus pada penguasaan keahlian tertentu, perlu juga menjadikan softskill sebagai fokus utama karena pada kenyataannya peralatan, keahlian, skill, dan kebutuhan industri terus berkembang pesat. Contohnya, disrupsi teknologi, yang hadir pada abad ini.

Kualitas perlengkapan yang baik, peralatan yang terbaru, fasilitas berkualitas, laboratoriumnya lengkap, dan penunjang pendidikan vokasi memang penting. Namun, yang perlu kita pahami ialah membenahi mindset SDM dahulu untuk memahamkan bahwa orientasi pendidikan vokasi ialah hardskill dan softskill secara seimbang.

Vokasi hari ini perlu menjadikan mindset yang beriorientasi pada softskills SDM yang bisa mencari alternatif dan kolaborasi dengan sekitarnya, termasuk DUDI sebagai modal utama dalam pendidikan. Tentunya, ditunjang dengan aspek peralatan dan fasilitas yang sesuai dengan perkembangan teknologi.

Kendala ketiadaan fasilitas  dan ketidaklengkapan peralatan merupakan tantangan bagi penyelenggara pendidikan vokasi. Untuk itulah, terobosan mencari alternatif dan kolaborasi dengan DUDI menjadi solusi. Tinggal bagaimana kepiawaiannya untuk mengomunikasikan, berdiplomasi, serta bersinergi membentuk pola penyelenggaraan pendidikan vokasi yang menarik DUDI agar bisa memfasilitasi peserta didik.

Berawal dari tantangan inilah, yang melecut pemimpin subur tadi, untuk semakin link and match dalam berpartner dan berkolaborasi dengan DUDI secara menyeluruh. Karena itu, justru semakin banyak hal yang harus dilengkapi, makin terbuka lebar juga kesempatan DUDI untuk ikut melengkapi. Tentunya dengan skema yang disepakati bersama.        

Kreasi-kreasi dan kepiawai­an para pemimpin subur dalam mengemas vokasi untuk ditawarkan ke DUDI inilah yang harus ditingkatkan agar pendidikan kita hari ini nyata-nyata memberikan kemanfaatan yang terasa dan berdampak bagi masyarakat.

Bila kesadaran dan usaha ini dilakukan oleh seluruh pimpinan satuan pendidikan, baik semua guru, dosen, pimpinan, kepala sekolah, direktur, dekan, maupun seluruh penyelenggara pendidikan vokasi, ini akan menjadi inspirasi serta lebih jauh dapat menjadi pengimbas positif lingkung­an sekitarnya. Inilah yang merupakan permata atau mani­kam pendidikan Indonesia.

Diplomasi meja makan

Persepsi kerja sama antara instansi pendidikan dan DUDI selama ini juga dianggap sebagai hal yang cenderung bersifat formal, seremonial, kaku, dan resmi saja. Padahal, sebenarnya hal-hal substansial dan pemecahan masalah bersama, serta ide kolaborasi itu akan muncul pada forum-forum yang cair.

Memang pada fase tertentu dirasa perlu ada hal-hal seremonial sebagai simbol. Namun, tentunya ini diba­ngun dari hasil komunikasi intens sebelumnya dan sesudahnya agar berkelanjutan dan komunikasi ini perlu ditunjukkan dan dikemas dalam nuansa keakraban.     
   
Penyelenggara pendidikan vokasi perlu lebih sering untuk bergaul, bersosialisasi, dan berkoordinasi dalam suasana suasana cair dengan stakeholder pendidikan vokasi, baik DUDI, pengusaha, asosiasi profesi, tokoh masyarakat, perusahaan, hingga media.

Pendekatan seperti ini akan memberikan perspektif baru bahwa pendidikan vokasi hari ini sangat terbuka untuk potensi potensi kerja sama dalam berbagai aspek. Tentunya dalam konteks meningkatkan kualitas pendidikan.

Maka tak heran, pengalaman saya mengunjungi banyak SMK serta satuan pendidikan vokasi yang memiliki segudang prestasi, alumni yang berdiaspora, kualitas siswa yang siap terserap DUDI, melanjutkan studi. Bahkan, sukses berwirausaha merupakan hasil dari diplomasi meja makan. Dalam arti, telah terjadi komunikasi intens yang terbangun dalam suasana keakraban, antara pengelola atau penyelenggara satuan pendidikan dan DUDI.

Pun tidak perlu diragukan lagi, prestasi dan peningkatan kualitas SDM, fasilitas, serta unsur fisik penunjangnya. Bahkan, sering kali saya terhenyak melihat fasilitasi oleh DUDI yang luar biasa bila sudah tertaut suai dengan pendidikan vokasi.

Start from the end dan pesan kolaborasi.

Peran penting DUDI bagi pendidikan vokasi perlu diluruskan dari persepsi yang awalnya hanya dituntut menerima hasilnya saja dan harus menyerap lulusan vokasi. Namun, kini kita tarik ke depan berkonsep start from the end. Artinya, DUDI harus masuk dari awal karena perlu ikut membangun kurikulum bersama, menyinkronkan apa yang diharapkan dari vokasi, untuk bisa sejalan dan senada dengan kebutuhan DUDI.

Keterbukaan pendidikan vokasi hari ini untuk kolaborasi perlu tersampaikan dan ditangkap pesannya oleh seluruh unsur DUDI dari industri besar hingga usaha mikro kecil dan menengah, yang diharapkan bisa mengisi fase-fase penyelenggaraan pendidikan vokasi, dari awal hingga akhir dengan skema kerja sama substansial yang berkelanjutan.

Penyelenggara pendidikan vokasi juga perlu menyampaikan bahwa pemerintah hari ini juga sangat mendukung implementasi taut suai DUDI dengan adanya insentif pajak bagi wajib pajak badan yang mau untuk berinvestasi dalam pengembangan pendidikan vokasi. Program ini ialah Super Tax Deduction, yang harapannya bisa meningkatkan partisipasi DUDI untuk masuk ke pendidikan vokasi dan tentunya berkontribusi, memberikan feedback positif, bagi pendidikan vokasi, yang semakin hari akan makin tertaut suai, dan menghasilkan lulusan berkompeten, yang bisa membawa Indonesia menuju negara maju di masa depan.

Vokasi sebagai solusi

Penyelenggaraan pendidikan hari ini, yang terus berubah ke arah yang semakin baik, perlu dipahami secara paripurna oleh seluruh industri di Indonesia. Adanya inovasi-inovasi baru hingga sinergisitas program-program pengembangan dari pemerintah menjadi bukti bahwa saat ini pengelolaan pendidikan vokasi telah digarap secara serius untuk bisa meningkatkan daya saing SDM Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang.  

Penyiapan penyelenggaraan pendidikan yang semakin meningkat kualitasnya dari hari ke hari, khususnya pendidikan vokasi, diharapkan ke depan bisa menghadirkan manusia Indonesia yang unggul untuk menjadi negara yang maju.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya